Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan Anak Kritis, Kreatif, dan Problem Solver (Teori Hemisphere, Perkembangan Intelek Dan Kreativitas)

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sudah sepantasnya, sekolah sebagai lembaga pendidikan memberikan muatan pengajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan peserta didik dan mampu membekali berbagai keterampilan hidup. Pendidikan tidak hanya membangun kecerdasan intelektual saja, melainkan harus mampu juga membangun aspek kecerdasan sosial, emosional, dan kecerdasan dalam mengambil keputusan dan ketepatan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam proses belajarnya, seorang siswatidak lepas dari berbagai masala belajar yang muncul karena berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari dalam diri siswa itu sendiri, maupun dari lingkungan sekitar ataupun karena latar belakang keadaan ekonomi dan pendidikan orang tua. Masalah yang muncul, akan berpengaruh kepada sikap mental seorang siswa dalam memandang kehidupan, dan bahkan mampu menghilangkan motivasi belajarnya. Oleh karena itu, seorang siswa harus terbakali dengan pembiasaan dan penanaman konsep untuk mampu menganalisa masalah yang dihadapi, dan mampu memecahkannya.

Dewasa ini, kita telah sampai pada era informasi, dimana keterbukaan ruang publik untuk sebuah informasi yang mampu diakses secara besar-besaran, bervariasi, dan memiliki daya pengaruh yang besar dalam memasukkan konsep tertentu ke dalam pikiran pembaca melalui tulisan maupun iklan yang persuasif. Seorang anak yang kritis, akan menjadikan informasi menjadi sesuatu yang memberikan tantangan untuk memikirkan “Benarkah informasi ini?”, sehingga dia akan menguji validitas data atau informasi yang diperolehnya, mungkin dengan mengamati, membaca literasi lain ataupun menanyakannya pada seseorang yang lebih tau.

Anak yang kreatif akn mampu, menyajikan ide atau informasi yang dibacanya dalam bentuk lain, dan segi penyajian yang lain dari apa yang ia baca sebelumnya, sehingga karyanya adalah asli dan khas dengan gaya atau cengkok dirinya sendiri, berbeda dengan anak yang tidak kreatif, mereka akan cenderung memunculkan gagasan yang sama, dan cenderung meniru, mencontek atau menjiplak gaya yang telah ada. Pembentukan mental agar anak kreatif butuh media dan wahana untuk menyalurkan kekreatifanmereka, mungkin dengan adanya sanggar ataupun forum-forum kusus.

Dari berbagai segi usaha pengoptimalan pendidikan untuk mengoptimalkan intelektual anak, mewujudkan anak yang kritis, aktif secara mental dan problem solver, dibutuhkan dukungan dari kerja belahan otak kita. Penyeimbangan antara kerja belahan otak kanan dengan belahan otak kiri, akan mewujudkan keseimbangan dalam pengoptimalan tujuan belajar. Karena dipahami bahwa segala sesuatu bermula dari otak yang sehat dan seimbang, sehingga tidak hanya cerdar secara intelektual saja namun kecerdasannya itu diiringi dengan sikap kritis, kreatif, aktif dan mampu memecahkan masalah dengan baik dan bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline