Lihat ke Halaman Asli

Dunia Pendidik Modern

Pengajar dan Pendidik

Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang Tak Lekang Zaman

Diperbarui: 15 Maret 2023   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika beberapa waktu ini kembali membaca dan melihat kisah perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam memajukan peradaban Pendidikan di Indonesia, seketika itu pula hati ini merasa berdesir betapa beratnya perjuangan beliau saat itu. Ki Hajar Dewantara (KHD) yang mengatakan bahwa Pendidikan adalam menuntun. Menuntun peserta didik menuju keselamatan dan kebahagiaan mereka secara merdeka, baik sebagai manusia maupun bermasyarakat. Sedangkan pengajaran adalah proses dari Pendidikan itu sendiri, dimana pendidik merupakan fasilitator yang memahami kebutuhan dan karakter masing-masing peserta didik. Memberikan mereka bekal ilmu pengetahuan, fasilitas, motivasi, serta kecakapan hidup bagi peseta didik agar mereka menjadi manusia yang Bahagia dan merdeka sepanjang hidupnya. Apalagi beliau juga mengemukakan bahwa dasar dari Pendidikan anak sangat kental hubngannya dengan kodrat alat dan zaman. Dimana kita sebagai fasilitator harus dinamis dalam mentransfer dan menuntun peserta didik sesuai dengan zamannya.

Saya merasa sangat takjub dengan pemikiran KHD yang tak lekang oleh waktu. Buktinya, meskipun pemikiran beliau sudah dari berpuluh-puluh tahun silam namun sampai saat ini masih sangat relevan untuk dijalankan dan di modifikasi sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Menurut saya, dengan sistem menuntun, pendidik adalah 'pamong' yang memberikan kebebasan berpikir kepada peserta didik untuk mengembangkan kreatifitas yang ada pada dirinya sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Pemikiran KHD yang berbasis Pendidikan karakter ini di terapkan secara khusus di instansi saya SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto. Kami memiliki 30 menit sebelum memulai pembelajaran yang di sebut dengan 'Jam Pembiasaan' . Pada jam pembiasaan walikelas menjadi pamong sekaligus teman belajar peserta didik dalam pembiasaan keagamaan dengan menghafal Al-Quran, membaca doa sholat dan dzikir, serta baca tulis Al-Quran. Di hari Rabu kami memiliki kegiatan literasi yang bernama BuSi atau Rabu Literasi. Isi dari kegiatan BuSi adalah GerMa atau Gerakan Membaca, membaca nyaring, diskusi buku, dan menulis cerpen. Pada kegiatan germa peserta didik dibebaskan untuk membaca buku favorit mereka kemdian menuangkannya dalam jurnal resensi buku yang sudah di sediakan. Pada kegiatan membaca nyaring salah satu peserta didik akan maju ke depan kelas dan membacakan beberapa halaman cerita sedangkan yang lain menyimak dan diakhiri dengan saling bertanya jawab. Peserta didik juga dapat berdiskusi buku dengan teman sebaya mereka dikelas. Bagi peserta didik yang lebih suka menuangkan idenya dalam cerita, kami mewadahi mereka untuk menulis cerpen dan di terbitkan di website sekolah. Bahkan dari kegiatan tersebut tahun ini sekolah kami berhasil menerbitkan 1 buku kumpulan puisi karya guru yang berjudul Musim Semi dan 3 buku karya siswa berjudul 14.000 Detak, 13 Menit Sebelum 13 Tahun, dan Kota Hantu. Karena sekolah kami berbasis bakat dan minat, maka kamipun membimbing banyak estrakulikuler mulai dari akademik, seni, dan olahraga yang terangkum pada program Saturday Fun.

Karena memiliki instansi yang sangat mendukung Pendidikan karakter, maka pemikiran saya dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik khususnya di pelajaran Bahasa Inggrispun jadi lebih termotivasi. Saya mengeksplore diri saya untuk menjadi sahabat mereka Ketika di situasi diskusi kelompok agar mereka nyaman belajar berbahasa asing yang notabene baru mereka dapatkan di SMP. Saya menjadi pendidik yang 'memanusiakan manusia' baik Ketika di dalam kelas maupun diluar kelas. Saya merasa setiap peserta didik saya itu unik dan istimewa. Saya merasa sangat senang Bersama mereka, melihat mereka bertumbuh dengan keunikan mereka masing-masing.

Harapan yang ingin saya lihat pada diri saya sebagai seorang pendidik adalah saya ingin sekali lebih mengenali diri saya sebagai seorang pendidik yang memiliki karakter 'penuntun' bagi peserta didik saya. Saya lebih dapat menggali potensi yang saya miliki untuk menciptakan iklim kebebasan berpikir kepada peserta didik untuk mengembangkan kreatifitas yang ada pada dirinya.

Harapan yang ingin saya lihat pada murid-murid saya adalah kebahagiaan mereka ketika menjalani proses Pendidikan. Mereka dapat menemukan bakat dan minat mereka secara utuh dan merdeka sebagai manusia.

Kegiatan yang saya harapkan adalah berbagi pengalaman baik dalam mendidik, diskusi terkait strategi dan pendekatan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan dan bakat peserta didik, serta ice breaking yang cocok dilakukan dikelas bersama peserta didik. Materi yang saya harapkan ada adalah materi tentang hakikat atau fitrah kita sebagai pendidik, strategi pembelajaran, dan kiat kita agar menjadi pendidik yang menyenangkan bagi peserta didik. Semua hal tersebut tentunya sangat bermanfaat bagi saya untuk dapat menjadi pendidik seperti yang dicita-citakan Ki Hajar Dewantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline