Sosok Soeharto, Presiden ke 2 RI ternyata hingga kini tidak bisa dilupakan jasa-jasanya bagi rakyat Timor Leste (dahulu Timor Timur).
Kendati pun, Timor Timur menjadi bagian Indonesia pada kurun 1975 hingga 1999 dan berstatus invasi, akan tetapi rakyat di negara yang disebut Bumi Lorosae itu mengakui jika jasa-jasa Soeharto sangat berkesan di hati mereka dan tidak akan terlupakan.
Walau pun tidak sedikit tekanan yang diderita, namun rakyat Timor Timur tak memungkiri banyak pembangunan di segala bidang didirikan di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Salah satu puncaknya adalah dibangunnya Patung Cristo Rei atau Patung Kristus Raja setinggi 27 meter. Patung yang didirikan di atas bukit Fatucama itu merupakan patung tertinggi kedua di dunia setelah Patung Christ The Redemeer di Rio de Janeiro, Brasil (36 meter di atas bukit setinggi 1,5 km).
Angka 27 ini melambangkan jika Timor Timur merupakan provinsi Indonesia yang ke 27.
Patung Cristo Rei memang cocok didirikan di Timor Timur yang hampir seluruh penduduknya beragama Kristen. Patung Kristus Raja dengan tinggi 89 kaki ini dapat kita capai puncaknya setelah menaiki 590 tangga di dalamnya.
Patung yang dibangun pada tahun 1996 tersebut pada mulanya dimaksudkan untuk memperingati dua dekade pendudukan Indonesia sembari Soeharto agak meminta maaf atas invasi sejauh itu.
Dalam pembangunannya, Soeharto juga bermaksud ingin menyenangkan rakyat Timor Timur. Patung Kristus Raja dibangun selama 3 bulan dan menelan biaya Rp 5 miliar. Akan tetapi maksud Soeharto menyenangkan hati rakyat Timor Timur itu gagal terwujud.
Pasalnya, Soeharto memiringkan patung tersebut dengan mengarah ke Jakarta, ibukota Indonesia. Dengan demikian, hal tersebut menimbulkan kontroversi di antara orang-orang Bumi Lorosae.
Patung Kristus Raja itu sendiri kini menjadi salah satu tujuan destinasi wisata di Bumi Lorosae.
"Orang-orang Timor Leste tidak akan melupakan jasa-jasa Soeharto," itu dikatakan mantan administrator Apostolik Dili, sekaligus peraih Nobel Perdamaian 1996, Uskup Ximenes Belo.