KPAI tidak berpikir panjang soal keukeuh mereka yang mendesak PB Djarum supaya menghentikan aktivitas ajang pencarian bakat Audisi. Sami mawon dengan YLA (Yayasan Lentera Anak).
Bukan dengan maksud menggoyang, lantas PB Djarum memenuhi permintaan KPAI untuk menutup audisi umum bulutangkis yang sudah berjalan sejak 2006 lalu.
KPAI dan YLA menuding PB Djarum mengeksploitasi anak-anak dalam pelaksanaannya. Menurut kedua lembaga tersebut, PB Djarum harus menyetop, karena anak-anak memakai kaos dengan merek Djarum.
KPAI sempat mengadakan survei kepada anak-anak di 28 propinsi di Indonesia.
Anak-anak diperintahkan menjawab pertanyaan, "Apa yang terpikir olehmu ketika mendengar kata 'Djarum'?
Anak-anak tersebut menjawab, jarum jahit.
Ada lagi yang menjawab, Jarum Beasiswa Bulutangkis.
Namun, mayoritas menjawab, rokok.
KPAI beralasan, PB Djarum telah melanggar UU. Dalam UU tersebut, dikatakan perusahaan rokok dilarang menjadi sponsor dalam aktivitas.
"Kecuali pemerintah memberikan dana Rp 100 miliar, PBSI bisa menangani anak-anak usia dini mewujudkan mimpinya menjadi atlet bulutangkis. DPR sudah menyatakan tidak sanggup menyediakan biaya sebesar itu. Dengan begitu, kami harus mencari swasta," ujar Sekretaris Jenderal PB PBSI, Achmad Budiharto, Rabu (11/9/2019) di Ritz-Carlton Hotel, Jakarta.
Audisi yang telah melahirkan pebulutangkis-pebulutangkis beken seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo dan lain-lain itu, menurut Budiharto memberi dampak pada ekosistem tepak bulu.