Politikus Partai Gerindra, Permadi kembali memenuhi panggilan untuk kedua kalinya. Pada Senin (27/5/2019) siang WIB, Permadi tiba di Gedung Direktorat Reskrimsus Polda Metro Jaya.
Dengan berjalan terpincang-pincang, nampak Permadi dipapah oleh pengacaranya memasuki ruang penyidik.
Pada Senin (20/5/2019) sebelumnya, Permadi memenuhi panggilan pertamanya sebagai saksi atas terduga makar yang dilakukan Eggi Sudjana.
Dalam keterangannya saat itu, Permadi memang mengenal Eggi tapi jarang bertemu, belum tentu setahun sekali melihat langsung.
Permadi mengaku tidak tahu persis mengenai people power Eggi, karena saat Eggi membacakan seruannya, Permadi tidak sedang berada di tempat yang sama.
"Bagaimana saya bisa tahu, dia kan orasi di Kertanegara, saya tidak ada disitu," kata Permadi.
Permadi menyebutkan bahwa pemikiran Eggi dan dirinya tidaklah sama. "Terus terang antara saya dan Eggi ada perbedaan pendapat," katanya. Kalau Eggi seorang Muslim, saya seorang Sukarnois, nasionalis.
Seperti diketahui, Eggi Sudjana memang sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus makar karena orasinya di depan rumah kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan, pada 17 April 2019.
Kali kedua, Permadi memenuhi panggilan Reskrimum Polda Metro Jaya pada Senin (27/5/2019). Permadi dipanggil sehubungan ucapan "revolusi" saat ia berceramah di Gedung DPR beberapa waktu lalu. Oleh beberapa kalangan kata "revolusi" Permadi identik dengan ajakan makar.
Namun, Permadi berkelakar bahwa makar itu adalah makan ayam bakar. Hehehe....
Permadi menjelaskan, Soekarno pada jamannya pernah menolak bantuan asing. Inilah, menurutnya apa yang disebut dengan revolusi asing. Soekarno masa itu menolak bantuan dari Amerika dengan mengatakan go to hell. "Pak Jokowi itu kan meniru Soekarno," kata Permadi.