Tahun politik. Kapankah era yang disebut tahun politik ini akan berakhir? Sesudah 22 Mei 2019, paska Oktober 2019, atau sesudah pelantikan pemerintahan baru?
Kebencian identik dengan politik, atau sebaliknya, politik yang identik dengan kebencian?
Yang nyata, tahun politik 2019 ini diisi dengan adanya kontestasi dua capres dan cawapres, dan juga para caleg yang saling memperebutkan perolehan suara sebanyak-banyaknya.
Mereka yang mendapatkan suara yang lebih banyak, itulah mereka yang menang. Sedangkan, sebaliknya, mereka yang mendapat suara yang lebih sedikit, mereka lah yang pihak kalah.
Sebenarnya, kalah dan menang adalah dua sisi kehidupan. Mereka selalu ada dalam setiap kontestasi. Bukan saja kontestasi politik. Tapi juga dalam kontestasi di bidang kehidupan lainnya. Ada kalah, ada menang.
Pihak yang kalah mestinya rela menerima kekalahannya, sementara yang menang harus bersikap bijaksana dan tidak boleh menganggap remeh apalagi melecehkan si kalah.
Apalagi sekarang ini bulan Ramadhan. Bulan seribu bulan. Bulan penuh Rahmat dan ampunan. Dimana Islam mengajarkan agar kita saling memaafkan dan mengampuni, tidak terbawa emosi yang akan merugikan pihak lain.
Pihak pembenci akan selalu mencari kelemahan apa yang ada pada orang yang dibencinya, mereka akan mencecar pihak yang dibenci, sesampai tidak dapat menahan diri.
Begitu pun dalam kontestasi politik.
Balas berbalas kecaman pun menjadi sengketa dalam berbagai perkara.
Yang teranyar, balas berbalas kecaman menghiasi media soal utang Indonesia yang kian membesar.