Kanker kolon, atau yang lebih dikenal sebagai kanker kolorektal pada awalnya tidak bergejala. Tapi, jika penyakit ini sudah menggejala penderita kanker kolorektal akan mengalami hal-hal seperti ini: secara bergantian mudah diare dan sembelit, muka pucat tanpa sebab yang jelas, turunnya berat badan, sakit perut yang berulang, dan buang air besar yang berdarah.
Selain faktor genetik yang menjadi faktor risiko bagi munculnya kanker kolon, faktor lingkungan dan gaya hidup juga turut ambil peran memengaruhi terjadinya kanker usus besar ini di Indonesia, antara lain: kebiasaan merokok, mempunyai berat badan yang berlebih, kurang bergerak, kurang mengonsumsi ikan, sayur-sayuran dan buah-buahan, mengonsumsi makanan yang berlemak dan daging merah, dan juga karena radang usus besar yang tidak diobati.
Dalam rangka memperingati Hari Kanker Kolorektal yang jatuh setiap bulan Maret, Prof. Dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP, FINASIM, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia mengatakan (Sabtu, 16/3/2019) di Jakarta, bahwa sebanyak 30-35 persen kanker kolon dipicu oleh makanan yang tidak sehat, 25-30 persen karena merokok, dan 10-20 persen karena obesitas.
Kanker kolorektal sudah menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di negeri ini. Data Riskesdas 2013, kanker kolorektal menjadi penyebab kematian terbesar ketiga bagi wanita dan kedua bagi pria di Indonesia.
Data GLOBOCAN tahun 2018 menyebutkan bahwa kanker kolon menempati urutan ketiga di dunia dengan 1,8 juta kasus dari semua jenis kanker, urutan pertama adalah kanker paru, dan kedua kanker payudara.
GLOBOCAN juga menyebutkan risiko kanker kolon di negeri kita adalah 1 dari 20 orang.
Terlebih mengingat gejala penyakit ini tidak terlihat jelas, Prof. Aru menganjurkan agar tidak acuh dengan tanda-tanda kanker kolon dengan melakukan deteksi dini.
Usia lanjut dan keturunan oleh mayoritas masyarakat dikaitkan erat dengan kolon, tapi kanker ini juga amat dipengaruhi oleh gaya hidup. Dapat dilihat bahwa 30 persen penderita kanker kolon merupakan usia produktif, yaitu 40 tahun bahkan lebih muda.
Pengobatan akan lebih sulit dan lebih mahal, bila kanker kolorektal baru terdeteksi pada stadium lanjut. Dimana faktanya memang 25 persen penderita kanker kolon baru terdeteksi pada stadium tersebut, dimana kanker sudah menyebar ke organ lain.
Selain lebih sulit dan mahal, tingkat keberhasilan juga menurun jika kanker kolorektal baru terdeteksi di stadium tersebut.
Dianjurkan untuk mencegah kanker kolorektal semenjak dini, yaitu dengan menghindari faktor risiko dan menerapkan perilaku hidup sehat.