Dalam hitungan menit saja, security meminta aktivis Greenpeace segera menggulung kembali spanduk "Jakarta Butuh Udara Bersih" "Jakarta #1 PM 2,5 Terburuk Asia Tenggara"
Spanduk tersebut dibentangkan aktivis Greenpeace di depan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Gedung Manggala Bhakti, Jakarta, pada Selasa (5/3/2019). Selain spanduk, Greenpeace juga memberikan sebuah trofi yang berbentuk Tugu Selamat Datang kepada KLHK. Trofi diterima oleh Fery Santoso, Kepbag Rumah Tangga Biro Umum KLHK.
Laporan World Air Quality Report 2018 menyebutkan Particulate Matter (PM) 2,5 2018 di Jakarta adalah 45,3 ug/m3. Kota lainnya yang mendekati Jakarta di Asia Tenggara adalah Hanoi, Vietnam dengan 40,8 ug/m3.
Jakarta menjadi kota paling tercemar di Asia Tenggara.
Hal tersebut berarti PM 2,5 Jakarta empat kali lipat dari batas aman. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 10 ug/m3 sebagai standar batas aman.
Untuk dunia sendiri, Jakarta masuk dalam 10 besar dunia terburuk kualitas udara PM 2,5. Di Asia Tenggara nomor satu.
Fery Santoso sendiri yang menerima trofi mengatakan akan menyampaikan dan menindaklanjuti simbolis dan surat itu kepada Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.
Penyumbang utama pencemaran di Jakarta adalah berasal dari asap kendaraan bermotor yang setiap hari berseliweran di ibukota. Hal tersebut tidak lepas dari semakin banyaknya pengguna kendaraan pribadi di ibukota.
PLTU juga berkontribusi peningkatan PM 2,5.
Di Asia Tenggara sendiri ada 12 kota yang mempunyai PM 2,5 tiga kali lipat dari standar. Selain di Indonesia, juga di Filipina, Vietnam, dan Thailand.
Jakarta pernah sama dengan Bangkok dalam pencemaran udara ini. Tapi pemerintah Thailand melakukan beberapa tindakan untuk mengurangi, di antaranya dengan melakukan penyemprotan air di udara dengan menggunakan drone.