Anda sedang menantikan sesuatu? Menanti yang kehadirannya amat diinginkan, diharapkan dan di-impi-impikan? Tentu penantiannya tak setengah-setengah bukan? Bahkan mungkin saja berdebar-debar. Menantinya dengan sepenuh jiwa, sekuat yang kita mampu dan menyambutnya dengan penuh debar.
Banyak momen yang dinantikan itu. Kali ini umat Muslim sedang menantikan sesuatu yang begitu istimewa, penantian yang tak akan sia-sia atau mengecewakan, bahkan dianjurkan untuk menanti kehadirannya jauh-jauh hari sebelum waktunya tiba. Penantian apakah itu? Bulan suci Ramadhan yang penuh Rahmat dan berkah juga ampunan yang luas.
Menetapkan awal Ramadhan
Terkait dengan datangnya Ramadhan, Islam telah memberikan panduan mengenai bagaimana cara menentukan awal bulan Ramadhan, yang ketika itu dimulailah puasa Ramadhan.
Syariat telah menetapkan bahwa untuk menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan itu dengan 2 cara:
1. Ru'yatul hilal (melihat hilal dengan mata). Hilal adalah fase paling awal dari kemunculan bulan. Para ulama membolehkan menggunakan teropong dan alat bantu lainnya - karena hilal itu berupa garis tipis - untuk membantu melihat keberadaan hilal.
2. Jika hilal tidak nampak, maka bulan Sya'ban digenapkan menjadi 30 hari.
Islam adalah agama yang mengajarkan untuk bersatu dan tidak terpecah-belah, maka Islam-pun memerintahkan untuk taat pada pemerintah. Demikian pula dalam penentuan awal Ramadhan, dengan taat pada keputusan pemerintah, akan dicapai persatuan dalam hal ini.
Di Indonesia
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengumumkan secara resmi awal puasa, awal Ramadhan 1439 H atau 2018 ini jatuh pada 17 Mei 2018.
Banyak kaum muslim di Indonesia berharap agar Ramadhan kali ini semua umat Islam yang ada di Indonesia bisa menjalankannya secara bersamaan. Kementerian Agama RI dijadwalkan akan mengadakan sidang isbat penentuan awal puasa Ramadhan pada Selasa, 15 Mei 2018: 1 Ramadhan 1439 Hijriah. Hal itu diungkapkan Direktur Urusan Agama Islam dan pembinaan Syariah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kemenag RI, Juraidi.