Lihat ke Halaman Asli

Rudy W

dibuang sayang

Kala PHK Menimpa Tetaplah Berpikir Positif

Diperbarui: 2 November 2017   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Tentu tak mudah menghadapinya, terlebih bagi mereka yang sudah berkeluarga. Kala PHK menimpa, apa cara terbaik mengatasinya?

Efisiensi - itulah alasan perusahaan pertambangan tempat Sony mengabdi selama ini memangkas jumlah karyawannya.

Sony tak sendiri, karena ada sekitar 40 karyawan yang juga "dirumahkan". Situasi ini tentu mengguncang psikologis Sony, yang langsung membayangkan istri dan kedua anaknya yang masih sekolah. Namun apa daya, takdir ini mesti ia terima.

Memang, berakhirnya hubungan kerja dengan suatu institusi bukan persoalan finansial semata. Individu yang mengalami PHK umumnya juga memiliki pergumulan emosi dan kekacauan batin, terlebih bila dirinya merupakan tulang punggung keluarga.

Aditya Prabowo, S.Psi., founder Psycoach Human Integra & Brainspotting Indonesia, memaparkan bahwa setiap apa pun kita, kehilangan pekerjaan merupakan suatu kejadian yang traumatis. Secara alami, reaksi manusia akan berlangsung dalam lima tahap: penolakan (denial), amarah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression), lalu penerimaan (acceptance).

"Waktu untuk beralih dari satu tahap ke tahap selanjutnya berbeda pada setiap individu. Ada yang sangat cepat, ada juga yang lama. Reaksi ini adalah hal yang wajar. Jangan paksakan untuk langsung merasa normal," jelas Aditya.

Oleh karena itu, Kiky Dwi Hapsari Saraswati, M.Psi., Psikolog, staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, menyoroti pentingnya persiapan mental. Ini karena dari internal diri karyawan pasti muncul pergumulan emosi, seperti malu, tidak berdaya, dan kehilangan harga diri.

"Sebaiknya, persiapkan diri agar emosi-emosi tersebut tidak membuat individu yang terkena PHK semakin terpuruk. Cepatlah menguasai diri, agar dapat segera bangkit dan menata hidup kembali," ungkap Kiky.

PHK memang sulit, dan untuk kebanyakan orang, ini adalah suatu akhir.

Namun, untuk sebagian orang, inilah saatnya mengenal kekuatan diri. Memang ia kehilangan pekerjaan, tetapi ia bisa berpikir bahwa mungkin pekerjaan itu bukanlah untuknya.

"Seseorang yang di-PHK bisa merasa seluruh tubuhnya kehilangan daya, tetapi dirinya tetap mampu mencari pekerjaan yang tepat dan layak. Ia juga merasa masih memiliki cara untuk menghidupi diri dan keluarga dari pemikiran yang tidak terduga," papar Aditya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline