Lihat ke Halaman Asli

Kiat Agar "Keramahan" Anda di Tempat Kerja Tidak Disalahartikan

Diperbarui: 2 Juli 2017   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: really.uktv.co.uk

Alih-alih memuluskan hubungan akrab dengan kolega atau atasan, kebiasaan 'menggoda' atau flirting di lingkungan kerja justru bisa membuat karir Anda terpuruk.

Lastri menyadari, setiap kali akan bertemu dengan klien ia akan berdandan semenarik mungkin. Memang sehari-hari, ia pun berdandan. Namun kali ini, dandannya ekstra dari biasanya. Tujuannya, agar urusan dengan klien lancar. Ini bukan hasil akal-akalan Lastri saja. Tanda tangan kontrak kerja sama yang ia kantongi membuktikan hal itu.

Contoh di atas adalah kasus klasik yang banyak terjadi. Tidak hanya dilakukan kepada atasan laki-laki tetapi juga atasan wanita. Padahal di era globalisasi ini kesuksesan karir seseorang di dunia kerja mestinya lebih didasari performa kerja. Namun masih saja ada yang menggunakan 'aset' fisik mereka demi mendapatkan 'nilai plus' untuk kinerjanya. Apakah trik ini masih cukup ampuh?

Rawan Disalahartikan
Sebuah artikel di situs Forbes Woman berjudul Flirting Your Way To The Corner Office mengungkapkan, bahwa menggoda (flirting) merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kemudahan dalam pekerjaan atau mendongrak karir seseorang. Cara ini dianggap sebagai aset menguntungkan yang harus dilatih. Sangat naif kalau ada yang menganggap flirting di tempat kerja adalah tabu, meskipun tidak semua pihak setuju dengan pemikiran ini. Kaum feminis bahkan menganggap cara ini justru melecehkan bakat dan kepandaian wanita. Ditambah lagi, cara ini sering berbuntut pada kasus pelecehan seksual atau perselingkuhan.

Ada banyak tindakan yang dianggap menggoda, mulai dari memanggil dengan panggilan 'Sayang', mengajak ngobrol intim, sampai membelai-belai sedikit. Tetapi karena kepada lawan jenis, tak jarang sikap hangat ini bisa disalahartikan sebagai upaya menggoda. Karena itu, Anda harus menyadari efek dari tindakan Anda terhadap rekan kerja, atasan, atau bawahan Anda. Jika berlebihan sedikit saja, Anda bisa terjerat kasus pelecehan seksual.

Banyak kasus goda-menggoda di kantor berawal dari saling memuji antara dua rekan kerja berlawanan jenis. Namun, psikolog Tuti Indra Fauziansyah, M.Psi dari Iradat Konsultan menyatakan, flirting dan saling memuji adalah dua hal yang berbeda. Kalau flirting cenderung mengarah pada hubungan percintaan, sedangkan memuji lebih bersifat netral. "Jika kita menggoda rekan kerja tapi tidak mau berakhir sampai ke perselingkuhan, kitalah yang harus memiliki kontrol diri yang kuat," ujar Tuti. Karena selalu ada kemungkinan orang salah mengerti 'kehangatan' Anda dan menganggap Anda akan mengajaknya ke tempat tidur. Tentunya, Anda tidak ingin dicap sebagai wanita yang mendapatkan pekerjaan hanya karena alasan fisik semata bukan? Selain itu, Anda juga harus siap dengan kemungkinan beredarnya gosip tidak mengenakkan tentang diri Anda.

Hanya 'Bonus'
Walau tidak setuju dengan flirting di kantor, Tuti menyatakan tidak ada salahnya memberikan pujian kepada rekan kerja. "Pada dasarnya, orang senang diperhatikan dan memberi pujian adalah salah satu bentuk perhatian," ujar Tuti. Hanya saja sebaiknya pujian diberikan dengan 'perhitungan'. Jangan sampai orang yang dipuji malah tersinggung atau malah kegeeran. Kalau dengan memuji akan termotivasi kerja dan mengakrabkan hubungan sesama tim, kenapa tidak?

Prinsipnya, orang-orang yang hangat, baik dalam sikap maupun ucapannya, pasti akan cenderung disukai banyak orang. Tidak hanya rekan kerja, tapi juga bawahan dan atasan. Dalam suatu penilaian kerja, ada 20 orang yang memiliki kompetensi yang sama, tapi mungkin hanya satu orang yang punya pribadi hangat. Maka orang tersebutlah yang akan pertama kali diingat. Namun bukan jaminan karir orang ini harus otomatis meningkat dengan cepat dan lancar. "Ini adalah added value, bukan skill utama," kata Tuti.

Keterampilan memuji ini, menurut Tuti, layak dikembangkan karena bisa menunjang performa kerja, terutama bagi mereka yang bergerak di bidang marketing atau hubungan masyarakat. Selain itu, keterampilan ini juga perlu dikuasai para manajer untuk meningkatkan motivasi kerja tim dan menjalin kerja sama dengan kalangan internal maupun eksternal.

Yang perlu diingat, ada batasan profesional yang harus dijaga di tempat kerja. Karena kalau dilanggar, kredibilitas dan nama baik Anda yang jadi taruhannya.

Inilah kiat-kiat agar pujian Anda tidak disalahartikan:

  1. Harus jujur dan sesuai dengan karakter orang yang dipuji.
    Analisis dulu rekan kerja atau atasan Anda untuk mengungkapkan apa yang pantas dipuji darinya. Kalau ia tipe pria metroseksual, mungkin akan senang jika Anda memuji kemeja barunya. Namun, jika ia termasuk orang yang tidak mementingkan penampilan, pujian Anda akan terdengar 'basi' di kupingnya.
  2. Lihat situasi dan kondisi.
    Misalkan, jika Anda dan rekan kerja pria sedang berdiskusi tentang komputer baru, jangan tiba-tiba melontarkan pujian tentang lengannya yang terlihat kekar. Pilihlah topik yang sesuai dengan pembicaraan. Mungkin akan lebih pas kalau Anda memuji soal gadget barunya.
  3. Tak selalu fisik.
    Pujian yang diberikan tidak perlu selalu tentang penampilan fisik yang memang dijadikan kambing hitam dalam kasus pelecehan seksual. Banyak hal lain yang lebih obyektif untuk dipuji seperti: kesuksesan menangani suatu proyek, kepiawaian bernegosiasi, atau ketegasan mengambil keputusan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline