Lihat ke Halaman Asli

Rudy Subagio

TERVERIFIKASI

Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Sindrom Galapagos, Alasan Hilangnya Ponsel Jepang serta Membanjirnya Ponsel Korea Selatan dan China di Pasar Global

Diperbarui: 3 Juni 2022   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pabrik Samsung. Sumber: Samsung via Kompas.com

Penjualan ponsel pintar atau smartphone di seluruh dunia selama tahun 2021 mencapai 1,35 miliar unit, jumlah ini mendekat level sebelum pandemi yaitu 1,37 milyar unit di tahun 2019 dan meningkat sebesar 7% bila dibandingkan tahun 2020.

Lima besar penguasa penguasa pasar ponsel pintar global, yang pertama adalah Samsung dengan total pengiriman 274,5 juta unit dengan pangsa sebesar 20%. Peringkat selanjutnya adalah Apple (230,1 juta unit; 16,8%), Xiaomi (191,2 juta unit; 14%), Oppo (145,1 juta unit; 10,6%) dan Vivo (129,9 juta unit; 9,5%).

Untuk pasar ponsel pintar di Indonesia, menurut riset riset yang dilakukan oleh International Data Corporation (IDC), penguasa penguasa pasar ponsel pintar sepanjang tahun 2021 yaitu: Oppo (pangsa pasar sekitar 20,8 persen) Xiaomi (19,8 persen) Vivo (18,1 persen) Samsung (17,6 persen) Realme (12,2 persen).

Dari data diatas tidak ada satupun ponsel buatan Jepang yang masuk ke lima besar penguasa pasar ponsel global dan Indonesia. Terakhir ponsel buatan Jepang yang masuk lima besar penguasa pasar ponsel global adalah Sonny Erricson dengan pangsa pasar 4.3% di tahun 2009.

Tahun 2009 juga merupakan tahun puncak kejayaan Nokia yang menguasai pasar ponsel global dengan pangsa pasar sebesar 39%. Meskipun demikian Nokia mengalami kesulitan untuk masuk pasar ponsel di Jepang.

Ada berbagai teori yang menjelaskan mengenai senjakala industri ponsel pintar jepang di era 2000-an dan pada saat yang sama industri ponsel Korea Selatan justru tumbuh luar biasa yang kemudian disusul oleh China.

Teori pertama dikaitkan dengan kondisi atau komposisi tenaga kerja di Jepang saat ini dimana penduduk usia tua jauh lebih banyak dibanding dengan generasi mudanya.

Padahal generasi muda inilah yang merupakan konsumen terbesar gadget dan dan sebagai pengguna mereka juga lebih tahu mengenai apa yang dibutuhkan dan diinginkan dari sebuah produk gadget atau ponsel pintar.

Generasi muda juga lebih progresif dan lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi baru dan mereka memiliki semangat dan energi yang lebih besar dalam berkarya dan berinovasi dibanding generasi tua yang dianggap lebih menyukai kemapanan atau status quo.

Namun teori diatas tidak sepenuhnya benar, ada penyebab lain yang disebut dengan Galapagos syndrome. Berdasarkan teori ini justru penerapan kemajuan teknologi yang terlalu cepat dibanding yang lain membuat produk Jepang tidak "sesuai" dengan pasar yang sedang berkembang dan akibatnya tidak bisa diterima oleh pasar secara luas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline