Lihat ke Halaman Asli

Rudy Subagio

TERVERIFIKASI

Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Sarkasme Dianggap Tanda Kecerdasan, Layakkah Kita Menggunakannya?

Diperbarui: 12 Februari 2022   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orang yang sarkastik, Sumber: pexels.com via idntimes.com

Pernahkah kalian dikatain orang "Dasar tolol, gini saja tidak bisa", atau "Apa kamu sudah tuli, dipanggil boss diam saja". Atau justru kita yang melontarkan kalimat sarkastik di atas?

Sarkasme adalah bentuk dari sebuah sindiran kasar, ada juga bentuk sindiran halus yang dinamakan satire. Berbeda dengan satire, sarkasme sangat menyakiti perasaan orang yang dituju dan merupakan sebuah bentuk serangan secara verbal.

Sarkasme berasal dari bahasa Yunani, yaitu "sark" yang berarti "daging", dan "asmos" yang berarti "merobek". Jadi secara harfiah, sarkasme berarti "merobek daging". Tujuan dari sarkasme dimaksudkan untuk menyindir secara kasar sehingga dapat melukai perasaan seseorang. 

Sarkasme merupakan bentuk ironi verbal yang dimaksudkan untuk mengolok-olok, mengejek, atau mengungkapkan penghinaan. ironi verbal adalah mengatakan kebalikan dari apa yang dimaksud dan melakukannya dengan nada mengejek.

Namun demikian sarkasme sering diasosiasikan sebagai tanda kecerdasan orang yang melakukannya. Katherine Rankin, Neurophysiologist, University of California, San Fransisco, menyimpulkan, perkataan sarkastik menandakan kecerdasan sosial yang tinggi.

Selain itu, The Washington Post melaporkan bahwa dari penelitian terhadap 375 mahasiswa teknik, sarkasme dalam sebuah percakapan ternyata dapat memberikan efek penyelesaian konflik masalah yang lebih baik ketimbang percakapan biasa.

Para responden juga dinilai lebih fokus menjalani pekerjaan setelah melakukan percakapan sarkasme. Orang yang pandai menyampaikan lelucon atau kalimat sarkasme, pada akhirnya cenderung lebih sukses dalam berkarier.

Sejauh ini penelitian mengenai sarkasme dilakukan pada masyarakat negara barat yang memang lebih terbuka dan rasional. Sehingga kesimpulan yang didapatkan mengenai sarkasme ini cenderung lebih positif seperti sebagai tanda kecerdasan, kreatifitas dan untuk menyadarkan orang yang diajak bicara.

Bagi masyarakat Asia dan Indonesia pada khususnya, sarkasme itu tidak sopan, kasar dan menyakitkan dan tidak jarang merusak hubungan atau relasi bagi orang yang mengucapkan dan mendengarnya.

Sarkasme biasanya diucapkan dalam kondisi dimana orang benar-benar marah dan lepas kendali dan diucapkan dengan penuh emosi negatif yang merusak karena ditujukan untuk menyakiti perasaan orang yang dituju.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline