Lihat ke Halaman Asli

Rudy Subagio

TERVERIFIKASI

Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Benarkah Garuda Sengaja Dibiarkan Pailit dan Tutup?

Diperbarui: 23 Oktober 2021   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pramugari Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia, sumber: thejakartaposts.com

Beberapa hari belakangan ini isu bahwa maskapai penerbangan kebanggaan Indonesia, Garuda Indonesia dikabarkan akan mengalami kepailitan dan di tutup.

Berita ini bukannya tanpa dasar, pasalnya saat ini kinerja keuangan Garuda berdarah-darah. Per Juni 2021, hutang Garuda Indonesia tercatat sebesar 4,9 miliar USD atau setara Rp 70 triliun. Angka tersebut semakin meningkat karena tunggakan dan bunga terus berjalan sementara biaya operasional masih minus.

Kondisi ini diperparah dengan kinerja perseroan yang terus merugi akibat pandemi Covid-19 yang berimbas pada perjalanan udara menjadi terbatas dan jumlah penumpang anjlok drastis. Garuda sejauh ini sudah melakukan PHK hingga pengembalian pesawat pada lessor namun masih belum cukup untuk menutup biaya operasional.

Wacana bahwa Garuda akan dibiarkan pailit atau tutup ini juga diperkuat oleh pernyataan Presiden Jokowi bahwa BUMN yang sakit parah agar ditutup saja. Pernyataan Presiden Jokowi inilah yang diterjemahkan oleh pihak-pihak tertentu bahwa Pemerintah akan  cenderung akan lepas tangan dan membiarkan Garuda pailit dan tutup.

Apakah benar Garuda memang sengaja dibiarkan pailit dan tutup ?

Faktanya, saat ini Garuda Indonesia tengah menghadapi sidang gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang bisa berujung status pailit.

Garuda Indonesia diketahui beberapa kali melakukan penundaan pembayaran utang yang sudah jatuh tempo kepada para krediturnya. Utang akan semakin membengkak karena di sisi lain perhitungan bunga terus berjalan

Dari sisi operasional Garuda juga masih merugi, pada bulan Mei 2021 Garuda Indonesia hanya memperoleh pendapatan sekitar 56 juta USD, sementara biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar sewa pesawat 56 juta USD, perawatan pesawat 20 juta USD, bahan bakar avtur 20 juta USD, dan gaji pegawai 20 juta USD. Sehingga total masih minus 60 juta USD.

Garuda Indonesia juga digugat pailit oleh salah satu lessornya, Aercap Ireland Limited. Aercap mengajukan gugatan pailit tersebut pada 4 Juni 2021 di Supreme Court negara bagian New South Wales, Australia. Meski kemudian gugatan tersebut dicabut kembali karena adanya kesepakatan baru antara Aercap dengan Garuda. 

Dalam kasus gugatan lainnya, Garuda Indonesia harus menerima kekalahan dalam kasus gugatan dari Lessor Helice dan Atterisage (Goshawk) di Pengadilan Arbitrase Internasional (London (London Court International Arbitration), LCIA, pada tanggal 6 September 2021.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline