Bertamasya jarak jauh dengan mengendarai mobil sendiri punya keunikan tersendiri, bukan hanya destinasi wisata yang dituju namun dalam perjalanan itu sendiri banyak pengalaman dan keunikan yang bisa dinikmati.
Salah satunya adalah kita bebas berhenti dimana saja sekedar untuk menikmati pemandangan atau mencicipi kuliner khas daerah tersebut.
Dalam beberapa kali perjalanan jarak jauh "Keliling Jawa" yang saya lakukan ada beberapa destinasi kuliner favorit yang sayang untuk dilewatkan, salah satunya adalah Sate.
Perjalanan "Keliling Jawa" atau "tour de Java" ini sebenarnya adalah perjalanan liburan atau tamasya dari kota ke kota, mulai dari Surabaya ke Jakarta melewati kota Jogja dan Bandung sebagai destinasi wisata antara.
Kota Jogja selalu menjadi destinasi awal karena suasananya yang "ngageni" dan dari sana bisa melanjutkan perjalanan lewat jalur Selatan atau lewat Pantura via Semarang.
Bila melewati jalur Selatan kita akan melewati kota-kota Puworejo, Kebumen, Wangon, Ciamis, Tasikmalaya dan Bandung. Bila melewati jalur Pantura dari Jogja kita melewati kota-kota Kartasura, Boyolali, Salatiga Semarang, Kendal, Pekalongan, Tegal dan Cirebon. Dari Cirebon bisa langsung ke Jakarta atau ke Bandung.
Dalam perjalanan Keliling Jawa ini setidaknya ada tiga destinasi kuliner Sate yang sangat legendaris dan unik yang wajib dicicipi. Destinasi yang pertama adalah Sate Klatak di daerah Pleret, Bantul, Jogja.
Sate ini sangat unik karena beda dengan sate biasa. Pertama potongan dagingnya berbentuk dadu dan ukurannya lebih besar dari sate umumnya.
Kedua potongan daging tersebut ditusuk menggunkan jeruji sepeda tidak seperti sate biasa yang pakai tusukan dari bambu. Ketiga bumbunya minimalis hanya ditaburi sedikit garam pada saat dibakar, jadi plain namun justru rasa dagingnya lebih dominan dan mak nyuss.
Menurut sejarahnya, pada awalnya Sate Klatak ini diperkenalkan oleh mbah Ambyah. Beliau berjualan di pasar Jejeran, Pleret, Bantul pada malam hari dibawah pohon melinjo setelah pasar tutup.