Lihat ke Halaman Asli

Fatin Memilih Setia, PKS Pilih Akhiri

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1371211363168891539

"Inilah akhirnya harus kuakhiri, sebelum cintamu semakin dalam. Maafkan diriku memilih setia, walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya," (Fatin Shidqia, Aku Memilih Setia) Polemik panjang yang kini sedang ramai menjadi gunjingan media antara PKS dan Setgab Koalisi memberi dampak dan cerita tersendiri. Bagi yang melihat polemik ini dengan keseriusan, pastinya akan 'stress' sendiri. Begitupun dengan mereka yang melihatnya dengan kacamata 'biasa-biasa saja', tentu juga akan biasa saja menilainya. Namun, melihat polemik politik antara SBY dan PKS akhir-akhir ini, rakyat pun semakin bertanya. Sandiwara macam apalagi yang akan dipertontonkan oleh para elit penguasa di negeri ini?? Kalo boleh kita lihat kebelakang, tepatnya diakhir tahun 2012 lalu dimana Sidang Paripurna DPR-RI yang kemudian memutuskan untuk menyerahkan urusan "naik atau tidaknya" harga BBM bersubsidi pada pemerintah (SBY)-- saat itu PKS dengan gagah membela serta mendukung kebijakan penaikan BBM tersebut. Bersama dengan partai yang tergabung dalam koalisi, PKS jadi salah satu partai yang giat mengkampanyekan BBM naik. Ternyata, bandul politik bangsa ini bergerak dan berubah dengan cepat. Seolah tak ada 'kesetiaan' serta kepastian. Rasanya tepat mengutip adagium dalam dunia politik yang mengatakan "tidak ada kawan yang abadi, begitupula dengan musuh abadi di politik". Ungkapan itu nyatanya kini sedang mendera SBY dan PKS. Lantas bagaimana membaca polemik ini agar 'nalar' kita masih sehat ketika melihat dan mendengar pemberitaan soal retaknya koalisi ini?? SBY sebagai motor dari pergerakan koalisi seharusnya tampil kedepan. Selayaknya, presiden sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat tersebut segera tampil  membuat manuver balik untuk segera menyudahi polemik ini. Salah satunya dengan cara "mendepak' PKS dari koalisi dan kabinet. uuups..untuk langkah tegas ini saya kira SBY agak ragu dan jauh. Tapi bolehlah kita berandai-andai. Nah, disinilah 'andai-andai' politik itu kini mesti dibuktikan. Seperti lagu Fatin diatas. Wanita muda juara pertama X-Factor ini memberi pesan bagi PKS (jika boleh diartikan secara memaksa..hehe) jika kesetiaan adalah sikap dan prinsip bagi sang juara. Fatin, melalui lirik lagunya ingin mengabarkan agar PKS dan mungkin bagi para elit bangsa ini untuk setia dengan apa yang dilakukannya. bukannya habis manis, lalu sepa dibuang. Sekeras apapun benturan kepentingan yang ada, PKS yang dalam hal ini ingin keluar koalisi-- mestinya tetap 'setia' hingga akhir pemerintahan SBY setahun lagi. Jika ternyata memang harus diakhiri, maka PKS dan SBY harus mengakhirinya dengan sikap ksatria dan dewasa. Bukan main 'sindir' dan tebar spanduk. Fatin mungkin tidak mengerti politik praktis yang diperankan oleh elit PKS dan SBY. Tapi setidaknya, Fatin memberi pencerahan jika "memilih setia" adalah kunci untuk membangun peradaban yang kuat dan sejahtera. sebab, mana ada perahu retak yang mampu mengarungi samudera ditengah hantaman gelombang yang keras dan kuat. Kata Fatin, "maafkan diriku memilih setia" untuk mencintai bangsa walaupun "elit bangsa ku ini ingin mengakhiri" Marilah setia, imbau Fatin... [caption id="attachment_248879" align="aligncenter" width="650" caption="Fatin Shidqia, Juara Pertama X-Factor Indonesia"][/caption] Rudygani




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline