Lihat ke Halaman Asli

Korupsi Tangsel: Sebuah Kesaksian (dari) Birokrat

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Korupsi Alkes Tangsel: Sebuah Kesaksian (dari) Seorang Birokrat

Menjadi bawahan memang serba salah. Tak enak dan gampang dituduh sebagai "biang keladi" serta kambing hitam sebuah persitiwa.

Begitulah nasib yang terjadi dan menimpa seorang saksi kunci (seorang birokrat/PNS Tangsel) dalam kasus korupsi yang melibatkan suami penguasa di Kota Tangerang Selatan, pada kasus korupsi alat-kesehatan.

Sebelumnya, penulis ingin menyatakan terlebih dahulu bahwa tulisan ini murni inisiatif dari pribadi penulis yang "gemas" melihat dinamika pembangunan kota Tangsel yang sejak 2008 lalu berdiri sebagai kota yang independen--namun tercederai dengan praktik busuk ala politikus/pengusaha rakus seperti yang terjadi saat ini.

Selain itu, penulis juga gelisah melihat perkembangan kasus yang melibatkan dan diduga menyeret nama Airin Rachmi Diany, sang Walikota. Berangkat dari kegelisahan itulah penulis merasa perlu menuliskan apa yang diketahui dan membahas beberapa fakta-fakta yang luput (sengaja dihilangkan) dari sorotan media selama ini.

Sebagai kota adminstratif baru, kota Tangsel dibentuk dengan penuh keyakinan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan publik.
Namun idealisme itu kini terancam "kandas" akibat ulah sekelompok orang yang rakus pada harta dan kekuasaan membajak Tangsel (maaf jika terlalu emosional).

Hingga kemudian, Oktober lalu, publik dikejutkan dengan tudingan birokrasi Tangsel yang korup dan juga berbagai persoalan lain seperti; pembangunan yang berjalan di tempat (jln. Ciater-Maruga-Tol BSD), ketimpangan sosial makin menjadi (warga miskin Tangsel), kesejahteraan cuma dijadikan wacana (kesenjangan ekonomi, pengangguran), penataan kota yang pro investor/banyak mall dan perumahan elit (pengusaha)-- dan berbagai persoalan lain yang jadi PR besar pemkot yang tak kunjung terselesaikan.

Yang menarik, korupsi yang tadinya disimpan rapat-rapat hampir oleh semua pejabat di Kota Tangsel, terkuak hingga kemudian KPK menetapkan suami Airin, Wawan sebagai pesakitan.

Wawan jugalah yang diduga sebagai "dalang" yang menjadikan istrinya sendiri sebagai "wayang" di Tangsel.

Bahkan, beberapa media menobatkan Wawan sebagai "Walikota Malam", sebuah istilah sindiran betapa Wawan-lah yang mengatur Tangsel yang Pada skala tertentu termasuk Banten dan beberapa daerah lain.

Nama Airin pun terseret-seret. Ada yang menuduh tapi banyak juga yang membela Airin dengan berbagai alasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline