Lihat ke Halaman Asli

Tentang Cinta

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

RINPOCHE ** baru selesai memimpin PUJA ketika tiba-tiba Iphone  yang tersimpan dalam jubah panjangku bergetar perlahan. Kulepas jubah panjangku, menggantungkannya di samping ruang dharmasala dan melihat pesan Whats app yang masuk.

“Besok aku tiba di Nepal. Kamu mau nitip apa dari Indonesia?” begitu bunyi pesan yang masuk.

Sambil melangkah menuju kamarku yang sederhana di ujung ruang dharmasala, aku menghela napas panjang. Berat rasanya. Reza. Lelaki itu dari dulu selalu begitu. Memberikan surprise. Tanpa berpikir bagaimana reaksi orang yang menghadapinya.

Seperti sekarang, mendadak saja dia memberitahukan besok akan terbang menemuiku di sini..…….

Mendadak saja kepalaku berdenyut. Kutarik napas panjang. Tetapi memang semua ini tidak boleh mengambang. Dan Reza berhak mendapat jawaban, meski jawaban itu belum tentu sesuai keinginannya…

Samar-samar ucapan  Lama ** Tetsu pada saat aku berdiskusi kemarin dengannya terngiang-ngiang kembali…..

It is all about you. No one can decide for you. Life is an option. To whom you should dedicate and bestow your love and compassion is also an option. Choose what is best  for you and right for other people as well…”

Ya, hidup memang adalah pilihan… Aku mengganti jubahku dengan pakaian tidur yang longgar, beranjak ke tempat tidur. Duduk di pinggir ranjang, kulipat kedua tungkai kakiku. Kupejamkan mataku dan mulai berlatih meditasi metta bhavana.   ****

Aku tersenyum kecil melihat  sosok yang berdiri di depan pintu dharmasala sembari melipat kedua lenganku di depan dada , menahan angin dingin lereng gunung Himalaya yang menerpa lembut wajahku. Sosok tinggi besar berbalut jacket tebal dengan syal lembut biru gelap di leher dan ransel crumpler di pundaknya itu memang tidak berubah. Reza masih seperti dulu. Sepasang alisnya masih hitam lebat. Rahang wajahnya masih kokoh keras seperti tiga tahun yang lalu. Meski wajahnya menunjukkan sedikit kelelahan, tapi tetap tidak mengurangi ketampanannya.

"Aku baru balik minggu lalu, Ris.  Aku susul ke sini langsung dari jakarta. Sengaja tidak mengabari kamu dulu. Biar surprise…..Bagaimana kabarmu?" godanya sambil tersenyum nakal.

"Bagaimana menurutmu? Menurutmu, aku baik-baik saja?" Aku balik bertanya padanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline