Lihat ke Halaman Asli

Anak- Anak Itu...

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Harapan akan kemajuan sebuah bangsa, berikut dengan negaranya ada pada perkembangan anak-anak yang hidup di tengah-tengah bangsa dan negara itu. Anak - anak yang berpendidikan dan bermoral bagus diyakini akan dapat mewujudkan kemajuan dalam segala sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini bisa dicapai jika anak dilandasi dengan pendidikan yang mencukupi, pelajaran budi pekerti yang mumpuni, serta pembekalan dengan ilmu agama yang cukup hingga menjadikan anak pribadi yang luhur dan bertanggung jawab.

Dulu, ketika kita membicarakan hal ini di Indonesia rasa-rasanya menjadi hal yang tidak mustahil. Karena setiap warga di negara ini menjadi yakin dan merasa aman dengan kelangsungan hidup bangsa yang bernama Indonesia ini. Setiap warga yakin dan selalu berharap dari perlindungan Pancasila dengan petuah-petuah yang terkandung di dalamnya.

Akan tetapi belakangan ini anak - anak Indonesia lebih sering diberitakan tentang kabar - kabar negatif daripada prestasi yang selalu diharapkan oleh sesepuh - sesepuhnya. Keterlibatan dalam masalah kriminal, serangkaian kasus-kasus asusila, tawuran, dan tak ketinggalan maraknya game online yang ternyata setelah diteliti menjadi pemicu tumbuhnya niat-niat untuk melakukan tindak kriminal.

Pertumbuhan anak tak lepas dari peran besar orang tua. Hubungan anak dengan orang tua menjadi hal yang maha penting dalam perkembangan kejiwaan anak yang nantinya akan menumbuhkan sikap, cita-cita serta pilihan dalam mewujudkan konsep karakter dirinya masing-masing. Hal ini yang kadang tidak disadari orang tua yang kebanyakan masih cenderung untuk lebih "menjadikan" daripada mengarahkan. Orang tua hendaknya tahu minat anak pada bidang apak sehingga bisa dan dengan ikhlas mengarahkan anak pada bidang yang sesuai dengan minatnya secara positif. Ini yang terkadang masih disalahtafsirkan oleh orang tua dengan berusaha "menjadikan" anaknya daripada mengarahkan. Latar belakangnya bermacam-macam, bisa jadi karena cita-cita orang tuanya dulu yang tidak kesampaian sehingga orang tua berkeras untuk menjadikan anaknya sesuai dengan bidang yang pernah dia cita-citakan dulu. Misal : seorang anak yang sangat berminat pada bidang-bidang sosial, sastra, maupun olah raga oleh orang tuanya diusahakan dengan keras untuk bisa menjadi dokter. Dengan sedikit memaksa menjadikan anak tidak pada tempat yang diminatinya, memasukkan anak pada tempat les atau Lembaga Pendidikan yang ternama dengan harapan agar anak bisa menjadi apa yang diharapkan orang tua, ini yang salah. Bisa - bisa orang tua bukannya menjadikan anaknya supaya lebih pintar, tapi malah membunuh karakter anak. Belum lagi kalau caranya dengan cara kasar semisal membentak, dan lain sebagainya.

Maka marilah kita arahkan anak-anak pada proses pemajuan dan kemajuan bangsa yang tentunya sesuai dengan minat anak-anak tersebut. Jangan terlalu cepat mencerabut anak dari dunia bermainnya, karena suatu saat kita akan menemui orang-orang dewasa yang berjiwa kanak-kanak.

Anak Belajar Dari Kehidupannya

Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, Ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, Ia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline