Lihat ke Halaman Asli

Filosofis Surat Al Alaq (1)

Diperbarui: 4 April 2017   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Al Alaq ayat pertama yang turun

Kita mengetahui bahwa surat Al Alaq ayat satu sampai lima adalah wahyu pertama yang turun untuk umat Islam melalui Nabi Muhammad. Ayat yang mengubah peradaban Arab yang semula merupakan masyarakat yang jahiliyah menjadi masyarakat Islam yang menguasai 2/3 wilayah dunia. Ayat yang mengubah Muhammad dari semula hanyalah seorang pedagang dan pemikir di masyarakat menjadi orang yang paling berpengaruh di dunia (versi Michael Heart). Al Alaq merupakan titik awal dari turunnya Islam di dunia, titik awal perubahan peradaban yang besar di dunia. Jelas ayat ini merupakan sesuatu yang istimewa bagi umat islam. Istimewa dikarenakan Al Alaq adalah surat pertama yang turun dimana segala suatu yang awalan yang pertama adalah sesuatu yang luar biasa bagi semua orang, begitu juga Al Alaq yang mengawali gerakan perubahan yg semula masyarakat Arab Jahiliyah menjadi masyarakat toyibah. Dari awal mula itulah suatu hal yang besar terjadi, perjuangan besar dari kaum muslim utk melawan rezim kafir Quraisy. Menghadapi tekanan fisik, tekanan psikologis bahkan ekonomi dari para pembesar Arab saat itu. Lima kalimat awal yang bias membangun peradaban Islam di dunia, lima kalimat awal yang membangun kekuatan ekonomi, politik, dan IPTEK di 2/3 belahan bumi. Mulai dari masa Rasul, Kulafaur Rasyidin, pemerintahan Umayyah I dan II, pemerintahan Abbasiyah dan Turki Ustmani yang menjadi peradaban yang cukup disegani di dunia kala itu, mungkin jika dibandingkan dg era modern saat ini Islam dulu seperti Amerika Serikat ataupun China yang menguasai dunia.

Maka dari itu Al Alaq sudah sepantasnya menjadi ayat yang begitu luar biasa bagi umat muslim untuk menciptakan sebuah perubahan di masyarakat.

Seharusnya umat Islam lebih baik

Dengan melihat keistimewaan tersebut seharusnya umat Islam jika menghayati serta memahami kembali makna dari surat Al Alaq dan mengamalkannya, maka akan menjadi perubahan yang luar biasa di dalam umat Islam itu sendiri. Saat Al Alaq merupakan ayat yang mengawali perjuangan perubahan social, seharusnya umat Islam kini pun juga akan melakukan hal yg sama seperti yang dilakukan oleh rasul dan para Sahabatnya dahulu yg juga melakukan perubahan social di masyarakat Arab. Begitu pula ketika melihat hasil dari lima ayat awal Al Alaq yang mampu menjadikan umat Islam merajai di hampir seluruh elemen kehidupan masyarakat, maka seharusnya begitu pula umat Islam saat ini.

Al Alaq pun juga merupakan awal dari perubahan pemikiran yang semula tahayul dan penuh dg kebodohan menjadi lebih ilmiah dan lebih rasional, seharusnya umat Islam saat ini juga mempunyai pola pikir yg ilmiah dan rasional jika memahami makna dari Al Alaq itu sendiri. Tidak hanya pada pemikiran, namun juga pada bidang teknologi, dimana setelah munculnya surat Al Alaq yg mengawali pembangunan peradaban mulai dari teknologi militer, politik, kedokteran sampai kimia dan matematika. Dan yang paling penting adalah arus perubahan social yg dibangun oleh Nabi Muhammad setelah mendapatkan Al Alaq, dimana kesenjangan social, perbudakan, paganism, perjudian dan perzinaan dihapuskan dari masyarakat dan menciptakan suasana social yg lebih baik. Sehingga ketika umat dulu mengawali perubahan menuju peradaban yg lebih baik dimulai dari Al Alaq, sudah seharusnya begitu pula umat Islam saat ini. Atau dalam arti kata lain, umat Islam sekarang harus mempunyai teknologi dan membuat perubahan social di masyarakat.

Kenyataan mundurnya umat Islam

Namun kenyataan memang tidak seindah harapan, yang terjadi malah sebaliknya. Umat Islam saat ini sedang mengalami masa kemunduran. Menjadi umat yang seakan tidak bias bersaing dg umat-umat yang lain. Tertinggal di segala bidang, sehingga terkesan menjadi umat yg tidak ada apa-apanya. Mereka seakan lupa bahwa Islam pernah berjaya dan menguasai dunia. Islam yang sejatinya besar dan luar biasa seakan-akan menjadi sebuah buih dalam lautan. Seperti yang telah disabdakan oleh ANbi Muhammad; Diriwayatkan  dari Tqausan r.a Rasulullah SAW bersabda: “akan terjadi, bersatunya bangsa-bangsa didunia menyerbu kalian seperti sekelompok orang menyerbu makanan”. Salah seorang sahabat bertanya: “apakah karena jumlah kami dimasa itu sedikit”. Rasulullah menjawab : “jumlah kalian banyak tapi seperti buih dilautan. Allah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian dan Allah menanamkan penyakit ‘wahan’ dalam hati kalian.” Lalu ada yang bertanya lagi :“apakah penyakit ‘wahan’ itu ya rasulullah?” Beliau bersabda : “ Cinta kepada dunia dan takut mati!”. (Silsilah hadist shahih no.958). Begitulah kenyataan kemunduran umat Islam sekarang.

1.Bidang Pemikiran

Di bidang pemikiran, umat Islam dianggap sebagai umat yang jumud oleh kebanyakan orang lain. Dimulai dari banyak sekali umat Islam yang tidak bias menjelaskan kebenaran agama mereka, kebanyakan umat Islam hanya doktrin belaka dalam menganut Islamnya, mereka hanya mengikuti budaya atau karena keluarga dan lingkungannya Islam akhirnya memilih Islam sebagai agamanya. Hal inilah yang mengakibatkan umat islam ketika mendapatkan serangan pemikiran dari kalangan orientalis, mereka tidak bisa menjawab dg memuaskan. Bahkan seringnya umat Islam malah tersulut emosi, menyalahkan, mengklaim tanpa ada pendasaran yg jelas. Banyak sekali ditemukan di dalam forum-forum internet ketika ada pendapat yang menyerang Islam, semisal menjelekkan bahwa Islam agama perang, dll, orang Islam yang ada langsung mengklaim dg ungkapan-ungkapan seperti dasar sesat, dasar kafir, dasar zionis, dan umpatan lain-lain. Namun inti sumber masalahnya yaitu bagaimana menjawab pandangan yang menganggap agama Islam itu adalah agama perang malah mereka tidak bias menjawab. Hal inilah yg semakin menunjukkan begitu tidak ilmiahnya pemikiran dari umat Islam. Tidak usah jauh-jauh, misalkan kaitannya dg masalah-masalah fundamental dari umat Islam mulai dari anggapan Nabi pedofili, Islam tidak ikhlas, islam mengumbar hawa nafsu, bahkan sisi keTuhanan Islam yg diserang banyak yg tak bisa menjawab. Hal inilah yg menjadi indicator kemunduran umat Islam di bidang pemikiran.

Tidak hanya itu, dalam memahami ajaran Islam pun kebanyakan juga tekstual dan doktriner. Ketika ada seseorang yg bertanya mengapa dan kenapa terkait dg ajaran Islam, kebanyakan malah melarang utk bertanya. Apa yang ada di Al Quran secara tekstual yg dipahami, akibatnya ketika ada ayat perang pun harusnya juga dilakukan. Hal inilah yg menjadikan umat Islam juga mengalami kemunduran karena pemecahan masalah yg dilakukan tidak memecahkan masalah malah menimbulkan masalah baru. Keadaan inilah yg membuat bahan olok-olok bagi orientalis kepada umat Islam. Sperti ungkapan, bahwa ibaratkan Islam itu masjid dan otak adalah keledaimu. Sehingga ketika kamu di luar masjid tidak apa-apa menggunakan keledaimu, namun jika hendak masuk ke masjid maka tinggalkanlah keledaimu. Artinya jika di luar Islam bolehlah kita memakai otak namun jika kita masuk ke Islam maka tinggalkanlah otak kita. Sebuah idiom yg begitu menggambarkan keadaan umat Islam saat ini.

2.Bidang Keagamaan

Tidak hanya di pemikiran, namun di sisi lain yaitu perjuangan keagamaan idealism ke pembangunan masyarakat yg Islami pun juga semakin ditinggalkan oleh umat islam. Mereka lebih senang dg kehidupan duniawi dg menumpuk harta dan bersenang-senang saja tanpa mau tahu apa yg menjadi misi dari umat Islam seharusnya (seperti awal surat Al Alaq turun). Akibatnya, ketika di pemikiran doktriner dan tidak ilmiah diikuti dg tidak adanya idealism terhadap perjuangan Islam bias dibayangkan tertinggalnya umat Islam dari umat-umat yg lainnya dan itulah yg sedang terjadi saat ini.

3.Bidang Politik

Ketertinggalan umat Islam tidak hanya di bidang pemikiran dan idealism keagamaan namun sudah merambah ke politik juga. Kita bias melihat terjadi banyak perpecahan di internal umat Islam sendiri. Terkesan mereka tidak bisa mengatur internalnya sendiri sehingga terjadi perpecahan. Perpecahan yg terjadi tidak hanya pada sisi pemikiran saja, namun yg lebih parah sudah saling mengkafirkan, saling menyesatkan antar umat Islam bahkan sampai pada bentrokan secara fisik. Hal inilah yang memperlihatkan perpecahan internal umat Islam sudah begitu buruk. Di eksternal, umat Islam sedikit yang bisa menjadi pemimpin-pemimpin yang bisa mengubah masyarakat. Bahkan kebanyakan tokoh-tokoh politik dunia banyak didominasi oleh orang di luar Islam. Di Indonesia sendiri, sejarah pan Islamisme berakhir dg bubarnya Masyumi dan sampai sekarang pun umat Islam tidak mampu memberikan alternative pilihan pemimpin yang baik ke masyarakat. Partai-partai Islam yg ada di Indonesia sekarang ini lebih terlihat sebagai penggembira dibandingkan actor utama pembentukan kehidupan masyarakat Indonesia yg lebih baik.

4.Bidang Teknologi

Yang paling terlihat adalah di aspek teknologi. Ketika umat Islam masih sibuk dg masalah internalnya, mulai dari aspek pemikiran, gama dan politik, orang-orang di luar Islam terutama Barat sudah mampu mengembangkan teknologi yg super canggih. Mulai dari internet, televise, gadget yg mahal, sampai aspek luar angkasa pun sudah menjadi bahan kajian di orang-orang Barat. Ilmu-ilmu kedokteran, fisika, biologi dan sebagainya sudah menjadi makanan uatama orang-orang Barat bahkan sejak mereka kecil. Di Jepang membuat mainan robot yg canggih adalah pekerjaannya anak-anak usia SD dan SMP-nya Indonesia. Di saat kita masih berkutat dg materi-materi pelajaran yg bahkan kita tidak tahu tujuannya apa, orang-orang Jepang sudah membuat robot yang mampu memudahkan pekerjaan manusia. Atau dg fasilitas google earth dari google yg bias melihat keadaan belahan dunia yg lain dari ujung selatan, utara, barat dan timur.

Atau bagaimana kita mengetahui dg ilmu meteorologi dan geofisika, orang-orang bias menentukan kapan hujan kapan cerah begitu juga perubahan iklim sehingga membantu utk mobilitas kerjanya. Angka jaminan hidup yg tinggi di Eropa pun juga membuktikan bahwa ilmu kedokteran di Eropa begitu maju pesat, kita bias melihat bagaimana seorang pemain sepak bola Eropa yg kakinya sampai putus ketika terjadi bentrok fisik dg pemain lain, Sembilan bulan kemudian dia bias menggunakan kakinya kembali untuk bersepak bola bandingkan dg teknologi kedokteran di Indonesia dan Negara-negara Islam lainnya sempat teman saya mengalami kecelakaan motor kakinya terbentur batu dan hanya retak tulang namun dokter mengharuskan untuk mengamputasi kakinya bias dilihat perbedaannya.

Dan masih banyak lagi ketertinggalan umat islam dibandingkan orang-orang barat di bidang teknologi seperti pada ilmu-ilmu biotik maupun abiotic, serta pada tenologi informasi juga. Sangat kontras dg keadaan umat islam di Damaskus saat Umayah I, umat Islam di Coedova saat Umayah II, umat Islam di Baghdad saat Abbasiyah dan umat Islam di Turki saat Turki Usmani Berjaya. Mulai dari teknologi militer, kedokteran,kimia, fisika, bahkan ilmu masyarakat semacam sosiologi begitu berkembang pesat saat itu.

5.Akibat dari ketertinggalan

Akibatnya kemunduran pada umat Islam jelas sudah sangat kompleks dan di berbagai system masyarakat. Sehingga umat Islam pun menjadi umat yg mudah dipecahbelahkan oleh orang di luar Islam. Islam yg sejatinya mampu menjadi pemecahan masalah dan menjadi agama rahmatan lil alamin sekarang menjadi agama yg terbelakang dan mudah dihancurkan.

Adanya kesalahan pemahaman terhadap surat al Alaq

1.Spirit Al Alaq dalam umat Islam dulu

Al Alaq yang merupakan ayat pertama dan sangat mengubah pola pikir orang Arab saat itu dari jahiliyah menuju pola pikir yang ilmiah dan rasional. Karena merupakan ayat pertama dan ayat yg mengubah masyarakat Arab saat itu maka surat Al Alaq ayat 1-5 merupakan ayat yg begitu istimewa bagi umat Islam saat itu. Semua awal perjuangan semua awal pengorbanan dan kerja keras adalh dari adanya Al Alaq, sehingga tidak heran Al Alaq menyimpan spirit tersendiri bagi umat islam saat itu. Yang paling terasa adalah pola pikir jumud dan penuh ketidakilmiahan serta tahayul menjadi pola pikir yang begitu ilmiah. Pemujaan berhala, memberikan persembahan kepada berhala digantikan menjadi pemujaan dan penyembahan kepada Allah semata dg pendasaran yg ilmiah. Perbudakan dan penganggapan wanita sebagai barang sekarang mulai ditinggalkan karena sejatinya manusia dilahirkan dg keadaan yg sama yg membedakan bukan kabilah atau keluarganya melainkan kontribusinya ke masyarakat. Wanita yg dulunya menjadi aib bagi sebuah keluarga dan dipandang hanya sebagai barang dagangan sekarang lebih diangkat martabatnya karena bukan gender yg membedakan manusia melainkan sekali lagi kontribusinya di masyarakat. Cara pandang yg tidak ilmiah, mulia ditinggalkan oleh orang-orang Arab semenjak adanya Islam dg turunnya Al Alaq. Inilah spirit yg dihadirkan oleh surat Al Alaq saat itu di masyarakat Arab jahiliyah yaitu spirit keilmiahan.

2.Kesalahan pemahaman

Namun masalahnya spirit tersebut hanya menjadi cerita sejarah masa lalu serta dianggap angin lalu oleh umat Islam saat ini. Spirit keilmiahan dan perubahan pola pikir tidak terjadi pada umat islam saat ini. Salah satu indikatornya adalah kesalahan dalam pemaknaan di dalam surat Al Alaq tersebut. Kita bias melihat bagaimana dulunya Al Alaq membawa perubahan pola pikir dalam memandang dan membaca keadaan masyarakat. Saat ini berubah, pengartian Iqro’ di dalam surat Al Alaq menjadi membaca Al Quran saja. Membaca Al Quran disini bukan dg menelaah artinya, mengkaji isinya dan menerapkan hasilnya. Melainkan hanya membunyikan Al Quran saja, membunyikan dg tartil yg baik, membunyikan dg suara dan nada yg diindah-indahkan. Hal itulah yg dianggap oleh umat Islam saat ini sebagai arti dari membaca atau iqro’ di dalam surat Al Alaq 1-5. Sehingga ketika umat islam sudah banyak sekali membunyikan Al Quran dg mulutnya dan dg nada yg indah sampai berkali-kali katam, merekalah yg dianggap sebagai orang yg mampu melakukan perintah Al Alaq dg baik. Hal inilah yg menjadi masalah umat Islam saat ini, dimana Al Quran serta ayat-ayat Allah yg lain bukan utk dikaji dan diambil hikmahnya, malah dibuat bahan bunyi-bunyian yg menyenangkan telinga.

3.Akibat kesalahan pemahaman

Akibat dari kesalahan pandangan inilah yg akhirnya mengakibatkan umat Islam tidak mampu menangkap spirit dari surat Al Alaq. Sehingga spirit perubahan pola pikir tersebut tidak pernah dilakukan oleh umat Islam. Efeknya pun sistemik, ketertinggalan di segala bidang dari umat-umat yg lain dan Islam pun seakan seperti agama yg tidak ilmiah dan tidak rasional sama sekali. Sudah banyak diungkapkan di atas terkait ketertinggalan umat Islam dari umat yg lain.

Lantas apakah makna dari Al Alaq sesungguhnya?

Ketika kita mengetahui adanya masalah pada umat islam saat ini, dg membandingkan dg nilai ideal sejarah umat Islam saat dangnya surat Al Alaq maka sudah saatnya pandangan yg keliru tersebut harus kita luruskan. Sehingga kita haruslah mengkaji sebenarnya apa makna dari surat Al Alaq itu sendiri, dan mengapa umat Islam dulunya bias menjadi arus perubahan di masyarakat setelah mengerti dan memahami surat Al Alaq ini. Oleh karena itu kita akan membedah dan melakukan tafsir dari surat Al Alaq 1-5 sebagai wahyu yg pertama turun membawa agama Islam.

Manfaat pembahasan

1.Mengetahui makna sebenarnya surat Al Alaq 1-5

2.Mengetahui filosofis Islam datang sebagai agama rahmatan lil alamin

3.Mengetahui perubahan social yang ditimbulkan Islam

4.Mengetahui pola pikir yang benar menurut surat Al Alaq 1-5

Konteks turunnya Al Alaq

1.Konteks Umum

-Kerusakan masyarakat Arab Jahiliyah

Sebelum turun surat Al Alaq keadaan masyarakat Arab memang begitu Jahiliyah dari sekian banyak contoh kejahiliyahan adalah sebagai berikut;

a.Menyembah berhala

Bangsa Arab sebelum Islam telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi turun temurun sejak nabi Ibrahim as dan Ismail as. al-Qur’an menyebut agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan mematikan, Tuhan yang memberi rezeki dan sebagainya. Kepercayaan yang menyimpang dari agama yang hanif disebut dengan Watsniyah, yaitu agama yang menyekutukan Allah dengan mengadakan penyembahan kepada :

o Anshab, batu yang memiliki bentuk

o Autsa, patung yang terbuat dari batu

o Ashnam, patung yang terbuat dari kayu, emas, perak, logam dan semua patung yang tidak terbuat dari batu.

Di antara beberapa kepercayaan tersebut yang paling terkenal adalah penyembahan terhadap berhala yang jumlahnya mencapai lebih dari 360 buah, sehingga menyesaki lingkungan Ka’bah. Dan setiap qabilah di Arab memiliki berhala sebagai sesembahan mereka sendiri-sendiri. Di antara berhala yang paling populer di kalangan mereka ialah :

1. Wadd.

Adalah nama patung milik kaum nabi Nuh yang berasal dari nama seorang shalih dari mereka. Ditemukan kembali oleh Amru bin Luhai di Jeddah dan diberikan kepada Auf bin ‘Adzrah dan ditempatkan di Wadi Al Quraa di Dumatul Jandal dan disembah oleh bani kalb bin Murrah. Patung ini ada sampai datangnya Islam kemudian dihancurkan Khalid bin Walid dengan perintah Rasulullah.

2. Suwaa’

Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Mudhor bin Nizaar dan diserahkan kepada bani Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar 3 mil dari Makkah.

3. Yaghuts

Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Na’im bin Umar Al Muradi dari Majhaj dan ditempatkan di Akmah atau Jarsy di Yaman, disembah oleh bani Majhaj dan bani An’am dari kabilah Thaiyi’.

4. Ya’uq

Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Hamadan dan ditempatkan di Khaiwaan, disembah oleh orang-orang Hamadan.

5. Nasr

Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Himyar dan ditempatkan di Saba’ disembah oleh bani Dzi Al Kilaa’ dari kabilah Himyar dan sekitarnya.

6. Manaah

Adalah salah satu patung berhala yang ditempatkan di pantai laut dari arah Al Musyallal di Qadid antara Makkah dan Madinah. Patung ini sangat diagungkan oleh suku AlAus dan Al Khazraj. Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menghancurkannya pada penaklukan kota Makkah.

7. Laata

Laata adalah kuburan orang shalih yang ada di Thaif yang dibangun dengan batu persegi empat. Bangsa Arab seluruhnya sangat mengagungkannya dan sekarang tempatnya adalah di menara masjid Thaif. Ada yang mengatakan bahwa Laata adalah nama seorang yang membuat masakan Sawiiq untuk jamaah haji, lalu ia meninggal kemudian kuburannya di sembah. Ketika bani Tsaqif masuk Islam maka Rasulullah mengutus Al Mughiroh bin Syu’bah untuk menghancurkannya dan kuburan ini dibakar habis.

8. Al ‘Uzza

Al ‘Uzza adalah satu pohon yang disembah. la lebih baru dari Al Laata, ditempatkan di Wadi Nakhlah di atas Dzatu ‘Irqin. Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza. Berhala ini sangat diagungkan Quraisy dan Kinanah. Ketika Rasulullah Saw menaklukan Makkah, beliau mengutus Khalid bin Al Walid untuk menghancurkannya. Ternyata ada tiga pohon dan ketika dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam berambut kusut dalam keadaan rneletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan taringnya. Di belakangnya, ada juru kuncinya. Kemudian Khalid penggal lehernya dan pecah, ternyata ia adalah seekor merpati, lalu Khalid bin Al Walid membunuh juru kuncinya.

9. Hubal

Merupakan patung yang paling besar di Ka’bah. Diletakkan di tengah Ka’bah. patung ini terbuat dari batu ‘aqiq merah dalam rupa manusia. Dibawa ‘Amru bin Luhai dari Syam. Isaaf dan Naailah (Dua patung berhala yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua patung ini berasal dari sepasang orang Jurhum yang masuk ke Ka’bah dan berbuat fujur, lalu dikutuk menjadi dua batu, seiring perjalanan waktu, keduanya disembah.

10. Dzul Khalashah

Ini adalah berhala milik kabilah Khats’am, Bajilah dan Daus yang berada di Tubaalah, daerah antara Makkah dan Yaman. Begitulah gambaran keadaan agama di Jazirah Arabiyah sebelum datangnya Islam. Mereka masih mengimani rububiyah Allah dan menganggap Allah sebagai sesembahannya juga dan sebagai Dzat Pencipta. Sumber kepercayaan tersebut adalah risalah samawiyah yang yang dikembangkan dan disebarkan di jazirah Arab terutama risalah nabi Ibrahim dan Ismail.

Kebanyakan orang Arab di dalammenentukan nasib dan berdoa adalah kepada berhala, dengan memberikan sesembahan serta menentukan bagaimana nasibnya setelah ini adalh dg mengundi anak panah pada berhala tersebut. Bahkan dulu sebelum memeluk Islam, Khadijah pun juga menyembah berhala serta meminta pertolongan dari berhala berkenaan dg kematian putra-putranya saat itu. Kemudian orang-orang mengundi apakah akan berdagang atau tidak dg anak panah, jika anak panah yg diharapkan dewa muncul maka dia akan berdagang bila tidak maka dia tidak berdagang. Hal yang semacam ini jelas merupakan suatu hal yg begitu jahiliyah karena berhala dan patung mereka buat sendiri jelas tidak bias menimbulkan manfaat maupun mudharat kepada mereka. Inilah pola pikir tahayul dari masyarakat jahiliyah itu.

b.Fanatik suku dan golongan

Mereka hidup untuk fanatisme kabilah dan mati pun rela karenanya. Dorongan spiritual untuk mengadakan pertemuan dalam satu kabilah sangat kuat. Sehingga semakin menambah fanatisme tersebut. Landasan aturan sosial adalah fanatisme rasial dan marga. Mereka menjalani kehidupan menurut pepatah yang berbunyi, “Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim maupun yang dizalimi,” dengan pengertian apa adanya, tanpa menyelaraskan dengan ajaran yang dibawa Islam, bahwa makna menolong orang yang berbuat zalim ialah menghentikan kezalimannya. Hanya saja persaingan dalam masalah kehormatan dan perebutan pengaruh kekuasaan lebih sering menyulut peperangan antar kabilah yang sebenarnya berasal dari satu ayah dan ibu, seperti yang kita lihat antara Aus dan Khazraj, Abs dan Dzubyan, Bakr dan Taghlib, serta lain-lainnya.

Sedangkan hubungan antara beberapa kabilah yang berbeda, terputus secara total. Kekuatan mereka berbeda-beda dalam peperangan. Hanya saja ketakutan dan keengganan melanggar sebagian tradisi dan kebiasaan yang mempertemukan agama dan khurafat, kadang-kadang mengecilkan api peperangan dan perselisihan di antara mereka. Dalam kondisi-kondisi tertentu ada loyalitas, perjanjian persahabatan, dan subordinasi yang mengharuskan beberapa kabilah yang berbeda untuk bersatu. Bulan-bulan suci benar-benar merupakan rahmat bagi mereka dan bisa membantu masukan bagi mereka.

Secara garis besarnya, kondisi sosial mereka bisa dikatakan lemah dan buta, kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya benda mati. Hubungan di tengah umat sangat rapuh dan gudang-gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat atau sesekali rakyat diperlukan untuk menghadang serangan musuh.

Pola pikir jahiliyah yaitu lebih mementingkan fanatisme golongan dan kesukuan daripada sisi objektifitas benar salah. Sehingga kebenaran atau kesalahan bukan berangkat dari realitas melainkan dari kesukuan. Hal yg sangat tidak rasional.

c.Mengubur anak-anak perempuan

Ada pula di antara mereka yang mengubur hidup-hidup anak putrinya, karena takut aib dan karena kemunafikan, atau membunuh anak laki-laki karena takut miskin dan lapar. Bahkan dulu saat masa jahiliyahnya Umar bin Khatab pun pernah mengubur anak perempuannya yg baru lahir karena malu mempunyai anak perempuan. Saat itu memang kedudukan perempuan begitu direndahkan sehingga mempunyai anak perempuan pun juga merupakan aib.

d.Perzinaan

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa pernikahan pada masa Jahiliyah ada empat macam sebagai berikut :

Pernikahan secara spontan, yaitu seseorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki lain yang menjadi wali wanita, lalu ia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas kawin seketika itu pula.

i.Seseorang laki-laki bisa berkata kepada istrinya yang baru suci dari haid, “Temuilah Fulan dan berkumpullah bersamanya!” Suaminya tidak mengum-pulinya dan sama sekali tidak menyentuhnya, hingga ada kejelasan bahwa istrinya hamil dari orang yang disuruh mengumpulinya. Jika sudah jelas kehamilannya, maka suami bisa mengambil kembali istrinya jika memang ia menghendaki hal itu. Yang demikian ini dilakukan, karena ia menghendaki kelahiran seorang anak yang baik dan pintar. Pernikahan semacam ini di-sebut nikah istibdha’.

ii.Pernikahan poliandri, yaitu pernikahanbeberapa orang laki-laki yang jum-lahnya tidak mencapai sepuluh, yang semuanya mengumpuli seorang wanita. Setelah wanita itu hamil dan melahirkan bayinya, maka selang beberapa hari kemudian ia mengundang semua laki-laki yang berkumpul deng-annya, dan mereka tidak bisa menolaknya hingga berkumpul di hadapannya. Lalu ia berkata, “Kalian sudah mengetahui apa yang sudah terjadi dan kini aku telah melahirkan. Bayi ini adalah anakmu hai Fulan.” Wanita tersebut bisa menunjuk siapa pun yang ia suka di antara mereka seraya menyebut-kan namanya, lau laki-laki itu bisa mengambil bayi tersebut.

iii.Sekian banyak laki-laki bisa mendatangi wanita yang dikehendakinya, yang disebut wanita pelacur. Biasanya mereka memasang bendera khusus di depan pintunya sebagai tanda bagi laki-laki yang ingin mengumpulinya. Jika wanita pelacur ini hamil dan melahirkan anak, maka ia bisa mengundang semua laki-laki yang pernah mengumpulinya. Setelah semuanya berkumpul, lalu diselenggarakan undian. Siapa yang mendapat undian, maka ia bisa mengambil anak itu dan mengakuinya sebagai anaknya dan ia tidak bisa menolaknya.

e.Khamr

Minum minuman keras seperti menjadi budaya di Arab saat itu, bahkan jika tidak sampai mabuk mereka tidak bias dibilang minum khamr saat itu. Pola pikir inilah yg menyebabkan kerusakan di masyarakat, perkelahian dan peperangan biasa dimulai dari minum khamr ini. Mereka tidak memperlihatkan pertimbangan etika baik buruk suatu hal melainkan hanya mengikuti hawa nafsunya belaka.

f.Perbudakan

Termasuk perbudakan, dimana jika seseorang berasal dari keluarga budak, maka selamanya dia akan menjadi budak. Bahkan Wahsy seorang budak dari Abisynia yg nantinya juga masuk Islam yg pernah dijanjikan akan dibebaskan sebagai budak ketika berhasil membunuh Hamzah, tetap dianggap sebagai budak hitam. Begitu pula Bilal, karena dia berasal dari keluarga budak, maka dia dilahirkan juga sebagai budak Banu Umayyah saat itu. Pola pikir inilah yg juga sebagai pola pikir yg salah dimana menganggap seseorang lebih rendah karena berasal dari keluarga yg semulanya budak, namun tidak memperhatikan bagimana akhlak dan kontribusinya di masyarakat.

-Muhammad sebagai pemikir masyarakat

Kerusakan-kerusakan inilah yang membuat Muhammad saat itu juga mencoba untuk memikirkan kerusakan-kerusakan yg ada. Mulai dari berhala, perzinaan, pembunuhan bayi-bayi perempuan, dll. Namun ketika Beliau mencoba mencari jawaban selalu menemukan jalan buntu. Bertanya mengapa masyarakatnya seperti ini, mengapa kerusakan selalu ada, apa gerangan yang menyebabkan permasalahan ini dan bagimana cara memecahkannya. Bahkan saat itu ditambah keadaan dimana Muhammad baru saja kehilangan beberapa anaknya karena meninggal, semakin dia berpikir dan merenung untuk menemukan jawaban dari masalah tersebut. Karena selama ini Khadijah pun tidak pernah lupa untuk memberikan sesaji kepada berhala-berhala yg disembahnya. Namun mengapa masih terjadi hal yg meinmpa dirinya seperti itu. Beliau pun berpikir pasti ada sesuatu yg salah terkait dg perilaku peneymbahan kepada berhala ini namun apa jawabannya Beliau masih mencari-cari.

2.Budaya Arab saat itu

Budaya Arab saat itu yaitu memiliki kecenderungan untuk bertahannuf (dari kata hanif-cenderung kepada kebenaran) pada bulan Ramadhan tiap tahunnya. Mereka yg bertahanuf pun juga kebanyakan para pemikir-pemikir di kalangan Arab yang ingin mencapai kebenaran dg merenungkan keadaan masyrakat dan alam sekitarnya. Salah satu orang yg sering bertahanuf adalah Waraqah, paman Nabi yang memeluk agam Nasrani. Termasuk saat itu adalah Muhammad sendiri yg akhirnya setiap tahunnya sering merenung dan memikirkan keadaan masyarakat sekitar. Beliau bertahanuf di gua Hira’ dimana letaknya tepat di Jabal Nur, kondisinya bias melihat keadaan kota Mekkah secara luas beserta kehidupan masyarakatnya.

3.Konteks Khusus (langsung)

-Muhammad bertahannuf

Di dalam tahannufnya tersebut, Muhammad berpikir terkait dg keadaan masyarakat Arab yg terbentang di hadapannya, berpikir terkait masyarakat pagan. Berpikir mengnai Latta, Uzza dan Manat yg tak bias mendatangkan manfaat maupun mudharat sekalipun. Muhammad pun selalu mencari kebenaran tersebut, melihat keadaan masyarakat dari ketinggian, melihat realitas paganism, realitas perjudian, khamr, perzinaan dan segala macam kejahiliyahan yg ada dg sangat jelas. Namun dia belum menemukan sebuah jawaban, sampai akhirnya datanglah Jibril membawa sebuah wahyu yg nantinya akan menggoncangkan dunia.

-Wahyu dari Allah melalui Jibril

Dalam Shahih-nya Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra. yang artinya demikian, “Wahyu pertama yang sampai kepada Rasul adalah mimpi yang benar. Beliau tidak pernah bermimpi kecuali hal itu datang seperti cahaya Shubuh. Setelah itu beliau senang berkhalwat. Beliau datang ke gua Hira dan menyendiri di sana, beribadah selama beberapa malam. Yang untuk itu beliau membawa bekal. Kemudian kembali ke Khadijah dan membawa bekal serupa. Sampai akhirnya dikejutkan oleh datangnya wahyu, saat beliau berada di gua Hira. Malaikat datang kepadanya dan berkata, “Bacalah!” Beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” lalu Rasulullah saw. berkata, “Lalu di merangkulku sampai terasa sesak dan melepaskanku. Ia berkata, ‘Bacalah!’ Aku katakan, ‘ Aku tidak bisa membaca.’ Lalu di merangkulku sampai terasa sesak dan melepaskanku. Ia berkata,“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Hadits).

Makna yang terkandung di balik Al Alaq

Lantas apakah makna dari Al Alaq itu sendiri sampai akhirnya bias membuat Muhammad gemetar dan membuat sebuah perubahan di masyarakat?

1.Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.

2.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Istilah Iqro’ (…) berasal dari kata Qoroa (…) yang artinya membaca, (…) yang artinya perintah untk membaca. Istilah Iqro’ adalah perintah untuk membaca, istilah Iqro’ berbeda makna dengan kata Qul (…) yang artinya katakanlah. Kata Iqro’ lebih menitikberatkan ke arah tulisan, maksudnya ada tulisan yang akan dikatakan, kalau kata Qul lebih menitik-beratkan kepada ucapan saja, obyek tulisannya tidak ada, seperti pada kalimat :

‘Qul Huwa Allahu Ahad’

“Katakanlah Allah itu Esa”

(QS 112:1)

Ucapan Dia yang Esa tidak bersandar pada bacaan, tapi hanya melakukan ucapan. Kata iqro’ dalam bahasa Arab adalah berbentuk fi’lul Amr / kata perintah / affirmative dari kata qoro’a –yaqro’u-iqro’-qiroatan. Adapun secara leksiografis (makna menurut kamus bahasa), dalam kamus “Lisanul Arob” ibnu Mandhur menyebutkan bahwa asal lafadh iqra’ (makna yang memayungiya ) bermakna : “menghimpun / mengumpulkan”. Adapun makna lainnya adalah : Menyampaikan dan Mempelajari. DR. M.Quraish Shihab menyebutkan: Kata iqro’ yang terambil dari kata qara’a, pada mulanya berarti “menghimpun”.

Arti asal kata ini menunjukkan bahwa iqro’, yang diterjemahkan dengan “bacalah”, tidak mengharuskan adanya suatuteks tertulis yang dibaca, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh oranglain. Karenanya kita dapat menemukan, dalam kamus-kamus bahasa, beraneka ragam arti dari kata tersebut-antara lain :Menyampaikan, Menelaah, Membaca, Mendalami, Meneliti, Mengenal cirri-cirinya. Karena kata Iqro’ (bacalah olehmu Muhammad) di dalam Al Alaq tidak dikuti maf’ul bih (obyek yang dibaca), maka yang dibaca adalah apa saja, bisa bermakna membaca yang tersurat (malfuzh) dan sesuatu yang tersirat (malhuzh). Kita bias memakai kata membaca pada beberapa kesempatan seperti membaca keadaan, membaca raut wajah, membaca strategi lawan atau membaca medan pertempuran. Sehingga membaca disini pun artinya tidak selalu membaca sesuatu yang tersurat namun juga membaca sesuatu yg tersirat.

Apa yang dihimpun dan dirangkai? Tentu saja informasi sebanyak mungkin, dari segala sumber, baik lewat pendengaran, penglihatan, maupun hati. Dari dasar pemikiran ini, maka pengertian bacalah pada ayat diatas, bukan membaca “Bismirobbika alladzi kholaq” (Dengan nama Tuhanmu yang menjadikan), seperti pada penggunaan kata Qul. Tetapi pengertian perintah membaca pada ayat tersebut adalah membaca lingkungan di sekitarnya, bisa berkaitan dengan masalah budaya, ritual, adat, teknologi, etika atau ekonomi, ringkasnya masalah alam dan manusia. Oleh karena itu obyek dari perintah membaca (iqra`) menjangkau bacaan suci yang bersumber dari Tuhan, yakni ayat tanziliyah (wahyu) dan kauniyah (segala ciptaan-Nya), baik di alam makro maupun mikro, termasuk dimensi nafsiyyah (kejiwaan), masyarakat, dan sejarah. Muhammad Abduh mengatakan, iqra` bukan perintah yang membebani (amr taklifi) atau membutuhkan obyek, tetapi suruhan untuk aktif (amr takwiny). Sejalan dengan pendapat itu, Buya Malik Ahmad mengatakan, membaca menghendaki gerakan yang dinamis, produktif, dan kreatif. Bukan sebatas mengeja. Jadi, orang yang sedang membaca sesungguhnya sedang menggali secara aktif potensi intelektual, spiritual, dan emosional dalam dirinya secara sinergis. Agaknya, pendapat inilah yang selaras dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) pada Surat al-‘Alaq.

Ditinjau dari kenyataannya, Muhammad SAW adalah insan yang tidak dapat membaca tulisan. Mungkinkah Allah memerintahkan kepada orang yang tidak dapat membaca tulisan, untuk membaca? Tentunya hal itu sangat tidak mungkin, dengan demikian pengertian membaca pada ayat tersebut bersifat kias, maksudnya adalah membaca atau meneliti lingkungan. Jadi penafsiran ayat pertama adalah bacalah (lingkungan di sekitarmu) dari (hasil pembacaan penelitian tersebut) niscaya akan mengetahui sifat-sifat (kebesaran) Penguasamu, yang telah menjadikan apa yang telah engkau baca.

Pada ayat kedua, Allah menegaskan bahwa Dialah yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Dengan dasar pengetahuan manusia, akan mengetahui fakta yang ada, kesan-kesan yang ditangkap oleh nabi Muhammad dikatakan pengetahuan biasa, artinya pengetahuan tersebut masih belum teruji kebenarannya. Apabila belum memakai metode yang sesuai dengan faktanya dan dilakkan secara sistematis dan mampu memberikan pertanggung jawaban tentang hasil pembacaannya/penelitian, maka hasilnya dikatakan ilmu pengetahuan atau teori.

Jika Nabi Muhammad ingin memperdalam bacaannya, dengan cara mencari hubungan tentang asal usul adanya, proses kerjanya dan perkembangan selanjutnya secara menyeluruh, maka hasil pembacaannya dikatakan pengetahuan filsafat. Apabila yang dibacanya hanya sebagian saja misalnya hanya menyangkut alamnya saja, maka hasil pembacaannya dikatakan ilmu pengetahuan alam, dan jika yang dibaca manusia pada sisi jiwanya maka hasil bacaannya dikatakan ilmu jiwa (psikologi) dst.

Berdasarkan surat al-Alaq ayat 1 – 2 dengan pengetahuan tersebut akan dapat mengetahui kebesaran ayat Allah dan akan mengetahui bahwa manusia itu ada yang menciptakan dan berasal dari segumpal darah.

Pelajaran Yang Dapat Diambil

Dari peristiwa diatas kita bisa mengambil beberapa pelajaran yang bermanfaat untuk memecahkan berbagai permasalahan sosial, khususnya dalam memahami Allah dan ayat-ayat-Nya yang tertlis sebagai al-Qur’an (menjadi bacaan) :

1.Menyangkut masalah pendidikan

Metode yang digunakan Allah, dalam memberikan kepercayaan manusia khususnya yang bernama Muhammad tentang keadaan Allah dan hubungan-Nya dengan manusia dan alam semesta dengan teori kesadaran lewat ilmu pengetahuan.

Allah tidak memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mempercayai ke-Esa-an, kekuasaan dan kebesaran Allah secara doktriner, secara paksa atau secara langsung, karena kepercayaan itu tidak bisa dipaksakan, tapi harus tumbuh melewati suatu pengalaman pribadi khususnya lewat ilmu pengetahuan itu, tumbuh kepercayaan dan selanjutnya berproses menjadi tindakan. Jadi sistem pendidikan tauhid itu ialah ilmu, iman dan amal, bukan iman, ilmu dan amal.

Bentuk pendidikan dengan pola mendahulukan iman sangat bertentangan dengan ajaran Islam, sistem itu hanya melahirkan generasi irrasional, mereka tidak pernah mengetahui hakekat dan kegunaan dari kepercayaan yang diakuinya, apalagi untuk mengembangkan. Ibarat orang yang disuruh percaya bahwa makan itu bermanfaat tanpa melewati proses ilmu pengetahuan makanan dan kesehatan. Akibatnya mereka tidak akan mampu melihat kualitas makanan dan sejauh mana suatu makanan yang baik dalam kadar tertentu dapat menjadi perusak organ-organ tubuh. Mungkin mereka akan memandang sesuatu yang dapat dimakan akan berakibat baik, karena rumus yang dipesankan bahwa makanan itu bermanfaat bagi stabilitas organ tubuh.

2.Pengetahuan dan Filsafat

Sementara ini banyak umat Islam yang mengecam filsafat sebagai pengetahuan yang tidak ada hubungannya dengan Islam, bahkan memandang filsafat adalah ajaran yang menentang Islam. Dengan informasi diatas dapat diketahui bahwa pandangan tersebut tidak benar, karena justru filsafat merupakan pengetahuan awal yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad dengan perintah-Nya “Bacalah” (lingkungan sosialmu), selanjutnya Allah menunjukkan pengetahuan-Nya tentang kejadian manusia. Dengan demikian sebenarnya pengetahuan dan filsafat merupakan landasan atau alat untuk memahami ilmu Allah, tanpa pengetahuan dan filsafat, mustahil ilmu Allah dapat dipahami dengan benar, filsafat dan wahyu sebenarnya sama mutlaknya, sebagai petunjuk kehidupan.

Filsafat tidak akan mencapai puncak kebenarannya tanpa informasi wahyu, sedangkan wahyu tidak akan dipahami oleh manusia tanpa pengetahuan filsafat.

Orang yang tidak setuju dengan filsafat dan memandang filsafat merupakan ajaran sesat, sebenarnya mereka tidak mengetahui filsafat itu sendiri, secara integral/menyeluruh. Ibarat seseorang yang melihat keluarganya sakit jantung, kemudian ia dibawa ke dokter 2 hari kemudian pasien tersebut meninggal dunia, lalu orang tersebut menyimpulkan bahwa ilmu kedokteran merupakan ilmu yang sesat, karena dapat mengakibatkan kematian bagi orang sakit, kalau ilmu itu bermanfaat dan mengandung rahmat, seharusnya dapat menyembuhkan orang sakit. Oleh karena itu, ilmu kedokteran tidak diperlukan dalam kehidupan manusia dan wajib dihapus dalam lingkungan umat manusia.

Filsafat memiliki pengertian dalam beberapa aspek, diantaranya :

Filsafat adalah hasil pemikiran otak manusia dalam memahami fakta. Fakta tersebut bisa berbentuk alam, manusia, Tuhan dan karya-karya-Nya, termasuk wahyu, dalam memahami fakta tersebut, manusia dapat keliru dan dapat benar, hal ini dapat kita saksikan tentang perbedaan para Mufassirin (penafsir al-Qur’an) dalam memahami al-Qur’an. Kekeliruan mereka yang paling umum dalam memandang filsafat adalah :

1.Filsafat adalah produk murni yang hanya menekankan pada rasionalitas saja, kekeliruan mereka mengartikan akal murni sama dengan menolak hal-hal yang bersifat supernatural atau wahyu dan dalam mengartikan pengertian secara filosofis, mereka hanya mengartikan secara umum, padahal metode rasionalitas dalam filsafat bersifat teknis.

2.Filsafat adalah pengetahuan orang-orang barat dan orang-orang kafir, tanpa memberikan batasan orang kafir dengan ilmu kekafiran, orang Islam dengan syari’at Islam. Padahal banyak sekali orang kafir yang menjalankan ilmu Islam, sebaliknya orang Islam banyak yang mengamaliahkan ilmu kekafiran.

3.Dari kesan no.2 diatas, pada perkembangan selanjutnya, mereka menempatkan filsafat sebagai pengetahuan yang menentang wahyu.

4.Dampak kekeliruan penafsiran

Umat Islam yang keliru menafsirkan istilah Iqro’ (membaca) dengan kata Qul (katakanlah), akibat mereka tidak akan membaca lingkungan, tetapi membaca “Bismirobbika alladzi kholaq” (Dengan nama Tuhanmu yang menjadikan). Pengartian Iqro’ di dalam surat Al Alaq menjadi membaca Al Quran saja. Membaca Al Quran disini bukan dg menelaah artinya, mengkaji isinya dan menerapkan hasilnya. Melainkan hanya membunyikan Al Quran saja, membunyikan dg tartil yg baik, membunyikan dg suara dan nada yg diindah-indahkan. Hal itulah yg dianggap oleh umat Islam saat ini sebagai arti dari membaca atau iqro’ di dalam surat Al Alaq 1-5. Sehingga ketika umat islam sudah banyak sekali membunyikan Al Quran dg mulutnya dan dg nada yg indah sampai berkali-kali katam, merekalah yg dianggap sebagai orang yg mampu melakukan perintah Al Alaq dg baik. Hal inilah yg menjadi masalah umat Islam saat ini, dimana Al Quran serta ayat-ayat Allah yg lain bukan utk dikaji dan diambil hikmahnya, malah dibuat bahan bunyi-bunyian yg menyenangkan telinga. Dengan demikian mereka tidak akan menemukan berbagai pengetahuan lingkungan dan akan menjadikan kalimat Bismirobbika alladzi kholaq sebagai tasbih atau zikir, mungkin dilakukan berulang-ulang, ratusan bahkan ribuan, pada puncak bacaan tersebut dijadikan sebagai mantera yang dijadikan alat untuk mendapatkan rahmat, mereka kemana-mana akan memegang tasbih untuk mengontrol beberapa kalimat yang sudah dibaca akhirnya umat Islam hanya ahli dalam membaca kalimat akan tetapi mereka akan menjadi orang yang sangat awam dengan pengetahuan alam dan manusia. Para penjajah paling senang menghadapi masyarakat Islam dengan pola seperti mereka, rata-rata menjadi umat yang pasif, selama tempat membaca kalimat disediakan mereka sudah sangat gembira dan memandang penjajah itu sebagai orang yang berbuat baik terhadap Islam dan umat Islam. Disinilah sumber kehancuran umat Islam, mereka merasa benar dan merasa telah menjalankan perintah Allah untuk membaca kalimat tersebut, padahal mereka telah melakukan kelalaian dalam memahami ayat-ayat Allah.

Sehingga ayat pertama dan kedua surat Al Alaq adalah perintah Allah berkaitan dg perubahan pola pikir, yang semula doktriner penuh dg tahayul dan jahiliyah menjadi lebih rasional dan ilmiah. Inilah yg menjadi pertentangan karena pada saat itu pemikiran orang Arab jahiliyah adalah sangat jumud, doktriner dan tidak ilmiah dg menyembah berhala dan tidak objektif karena fanatic kesukuan. Hal inilah yg harus dirubah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline