Lihat ke Halaman Asli

Rudi Darma

pemuda senang berkarya

Aswaja Cocok untuk Kemajemukan

Diperbarui: 20 Mei 2023   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fajar

Kita tentu mengenal atau paling tidak tahu dengan ustadz Hanan Attaki. Banyak yang menyebutnya sebagai ustadz millenial. Bagi yang agak asing dengan ustadz ini, mungkin bisa ditracking di beberapa media. Gaya dakwahnya yang khas disenangi kaum muda.

Ustadz ini sering ditolak oleh banyak pihak untuk berceramah. Beberapa daerah memutuskan untuk membatalkan rencana acaranya bukan hanya karena pemerintah daerah tidak setuju tapi juga karena masyarakat menolaknya, terutama daerah yang sangat mengandalkan toleransi sebagai hal penting dalam bermasyarakat. Kita penah membaca bahwa ustadz itu pernah ditolak berceramah di kota sepeti Gresik, Jember sampai Pamekasan.

Ustadz yang berbusana layaknya anak muda ini -seperti kupluk dan memakai t-shirt biasa, sebenarnya disukai kaum muda karena penampilannya itu. Selama ini, dia memang diisukan sebagai simpatisan Hizbut Tahrir (HT) yang sudah dilarang di Indonesia dan beberapa negara lain.

Pelarangan ini bukan tanpa alasan. Tercatat ustadz atau dai millenial kelahiran aceh dan punya jutaan subcriber dalam media sosialnya itu dinilai pernah menghina Nabi musa sampai isti Nabi Muhammad yaitu Aisyah dan beberapa hal lainnya.

Hanya saja beberapa waktu lalu dia memutuskan untuk baiat sebagai warga Nahdatul Ulama. Proses pembaiatan pendiri Gerakan Pemuda Hijrah ini dibimbing oleh penguus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Jawa Timur , KH Mazuki Mustamar pada Kamis (11/5/2023)

Ini seperti mempertegas bahwa dirinya tidak seperti disangka banyak orang. Selama ini orang menganggap dirinya sebagai ustadz yang punya pemikiran radikal seperti pemikiran oang eks HTI. Meski beberapa kali dia mengklarifikasikan soal ceramahnya tentang kekhilafahan, dia mempertegas bahwa dia bukan seoang dai yang radikal.

Bergabungnya ustadz Attaki sejatinya juga mempertegas bahwa apa yang dilakukannya (berdakwah) untuk membela agama ( ahlusunnah wal jamaah) dan negara, secara lahir dan batin. Karena sesungguhnya seorang ustadz juga harus meneruskan para anak didik atau pengikutnya untuk mencintai agama dan negara dan bukan sebaliknya, mencintai agama dan memusuhi negara

Momentum Attaki ini sekaligus menjadi bukti bahwa bahwa pemahaman moderat jauh lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia yang majemuk karena mengajarkan toleransi, kedamaian dan tidak segregatif. Artinya, tidak akan ada ruang yang bisa menerima pemahaman yang intoleran, radikal apalagi pro kekerasan dengan mengatasnamakan agama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline