Lihat ke Halaman Asli

Rudi Darma

pemuda senang berkarya

Toleransi yang Sebenarnya

Diperbarui: 1 April 2023   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Selama ini kita mengenal Gus Dur sebagai bapak Pluralisme Indonesia. Begitu juga ormas yang dipimpinnya yaitu Nahdatul Ulama (NU) Begitu juga Muhamadiyah merupakan ormas dengan pandangan moderat. Mereka membawa misi bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin (Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam semesta).

Namun tidak semua umat muslim yang punya pandangan seperti halnya NU dan Muhamadiyah. Mereka memang meyakini bahwa Islam membawa kedamaian dan kasih sayang, tapi seringkali mempersoalkan perbedaan. Perbedaan seakan menjadi perintang bagi mereka dan umat lain.

Perbedaan atau keberagaman menurut saya adalah takdir bagi Indonesia. Kita terbangun dan terbentuk dari perbedaan. Dari sabang sampai Merauke dari miangas sampai pulau Rote. Karena rentang geografi yang panjang itulah , kita sebagai bangsa ada.

Karena itu tidak heran jika di daerah Sumatera Barat pun ada orang yang beragama non muslim. Mereka sejatinya tak perlu dipaksa untuk memakai jilbab . Anak sekolahpun juga tak perlu harus berjilbab dan memakai rok panjang. Jika kita ke Bali, toleransi sangat terasa sekali. Pada saat awal puasa lalu, nyepi jatuh saat awal puasa. Umat muslim diperkenankan untuk melaksanakan salat tarawih namun harus berjalan kaki. Beberapa tahun sebelumnya juga terjadi Idul fitri bersamaan dengan nyepi atau galungan. Namun mereka menyepatkan diri mengatur kepentingan dua pihak agar salah satu tidak merasa dianak tirikan. Itulah toleransi dalam arti sesungguhnya.

Namun dalam beberapa tahun belakangan ini toleransi dan pluralisme seakan diuji oleh beberapa pihak yang membawa faham transnasional yang akhirnya bertone intoleransi. Intoleransi ini kemudian banyak membawa hal yang berbau radikal. Beberapa minggu lalu kita diterpa isu penutupan patung bunda Maria di Kulonprogo. Selain itu, polemik kedatangan timnas Isarel di Piala Dunia U 20 yang digelar di Indonesia terus menggelinding.

Berbagai konteks latar belakang tersebut membutuhkan kebijaksanaan dalam menyikapi keragaman. Butuh ketenangan untuk tidak terburu-buru dipacu emosi untuk melakukan tindakan yang tidak produktif. Ramadan tahun ini harus menjadi sarana dalam menginternalisasi nilai Islam yang rahmatan lil alamin.

Ramadan melatih mental dan jiwa menjadi manusia bertakwa yang menghargai, menyayangi dan menyantuni. Dengan demikian puasa tidak hanya memberi rahmat kepada diri kaum muslimin, tetapi juga rahmat bagi semuanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline