Lihat ke Halaman Asli

Rudi Darma

pemuda senang berkarya

Forum Jurnalis Muslim di Masa Reformasi

Diperbarui: 16 Maret 2018   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber gambar: ntbprov.go.id)

Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Karena pada dasarnya manusia tidak terlepas dari sebuah berita yang terjadi setiap hari. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala perkembangan peristiwa-peristiwa yang terjadi diseluruh penjuru dunia. Media massa yang tak ada matinya dan terus berkembang adalah surat kabar harian dan koran.

Surat kabar harian biasanya menyajikan berbagai macam berita aktual setiap hari mengenai perkembangan politik dan ekonomi sebuah Negara. Surat kabar juga merupakan salah satu jenis media massa. Penyajian dan penulisan suatu berita dalam sebuah media massa memiliki tatacara dan sistematika sendiri.

Bahasa yang digunakan oleh media massa adalah bahasa jurnalistik. Selain untuk berkomunikasi dan bersosialisasi, bahasa yang digunakan memiliki fungsi yang sangat penting dalam bermasyarakat. Bahasa jurnalistik mempunyai ragam bahasa tersendiri, haruslah ringkas, menarik, mudah mengerti dan teliti.

Memori kita tentu masih merekam peristiwa masa Orde Baru pasca Malari 1974, pada waktu itu rezim Soeharto masih kuat, pers dalam hal ini mendapat tekanan dari berbagai penjuru sehingga media cetak kala itu hanya murni corong penguasa Orde Baru. Otoritarianisme pada masa Orde Baru membuat media pada waktu itu seolah-olah dibungkam untuk memberikan sebuah informasi dan memberitakan suatua peristiwa yang tidak ada kaitannya dengan pemerintahan pada saat itu.

Pers Indonesia terpasung selama 32 Tahun (1965-1987), media massa pada waktu lebih banyak memberikan hal-hal positif dan mendukung pemerintah. Reformasi mengakhiri pemerintahan Orde Baru, penting bagi kebebasan pada waktu itu. Ketika reformasi 1998 digulirkan di Indonesia, pers nasional mulai bangkit dari keterpurukannya, kebebasan pers dibuka kembali dengan ditandai berlakunya UU No. 40 tahun 1990. 

Hari ini kita memasuki masa reformasi masa dimana kebebasan berpendapat mulai disuarakan, tidak lagi bungkam oleh suatu golongan yang menganut sistem otoriter. Namun banyak kalangan mengartikan kebebasan itu terlalu melampui batas, contoh saja dalam kebebsan bersuara didalam media banyak para pengguna media menyebarkan berita "HOAX" bahkan ujaran kebencian. 

Padahal penyebar berita HOAX dan ujaran kebencian akan dikenakan pasal undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), "Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik".

Tuan Guru Bajang (TGB) membuka Mukernas Forum Jurnalis Muslim (Forjim) di Kompleks Islamic center Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (20\2\2018). Dalam sambutannya TGB berpesan kepada jurnalis muslim agar senantiasa menyebarkan konten kebenaran dan mencerdaskan.

Ia juga mengungkapkan dengan keberadaanya Forum Jurnalis Muslim (FORJIM) dapat menjadi wadah bagi jurnalis muslim bersatu padu dalam menyuarakan kebenaran. TGB juga bercerita mengenai kiprahnya media Islam yang begitu berperan membangun semangat keislaman pada masa Orde Baru. Media "PANJIMAS" karangan Buya Hamka menjadi idola pada saat itu, karena tulisannya yang menarik serta mengunggah kesadaran. Ujar beliau.

Menurut TGB, dengan masa reformasi ini tentunya sangat jauh berbeda pada masa Orde Baru, sudah semestinya jurnalistik Islam berkembang. Serta diikuti sebagaimana kesadaran masyarakat tentang agama sudah meningkat luas. TGB mengatakan mengapa masa Orde baru media islam berkembang begitu baik dan pesat, mengapa saat ini media Islam itu meredup. "dimana ketika kesadaran agama bertambah kuat, seharusnya jurnalistik Islam juga berkembang. Ungkap TGB.

Media muslim tidak selalu identik dengan isi berita mengenai konten fiqh dan ilmu agama saja, tetapi juga berbicara tentang Indonesia yang terintegrasi keumatan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline