Lihat ke Halaman Asli

Rudiyana

Teacher and lecturer

Masyarakat dan Paradoks

Diperbarui: 18 Februari 2021   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah.

Kisah Mahabrata atau Tragedi dari Yunani.

Setiap kita, dapat satu peranan, 

yang harus kita mainkan".

Demikianlah penggalan syair sebuah lagu yang tidak asing lagi didengar. Nilai filosofis lagu ini masih kekinian terjadi dari masa-ke masa. Bagaimana tidak, dulu, di era 80-an ketika masa saya kanak-kanak  sampai 90-an masa remaja saya, ikatan emosional antar manusia  masih sangat terasa hangat. Apalagi bagi orang desa, guyub dan saling membantu tanpa ada misi mencari  keuntungan atau ada misi-misi tertentu adalah keharusan. Zamanpun berganti dan terus-menerus bermetamorfosis seiring dengan perkembangan tehnologi. Pergeseran nilai-nilai sosial masyarakatpun lambat laun mulai bergeser, bergerak pada arah perubahan. Mari kita katakan perubahan ini adalah perubahan sosial.

Perubahan sosial merupakan sebuah fenomena yang akan selalu terjadi di masyarakat belahan bumi manapun. Perubahan ini dilatarbelakangi oleh dogma, ideologi, ekonomi,politik, dan tehnologi. Lantas sejauh mana terhnologi mampu merubah sebuah tatanan kehidupan (masyarakat)?

Perlu diinformasikan bahwa  penulis bukanlah seorang yang ahli di bidang Sosiologi sebagai ilmu pengetahun. Singkatnya penulis tidak memahami ihwal Sosiologi. Penulis hanyalah seorang pengajar bahasa Inggris  yang memang memiliki ketertarikan, melalui pengamatan,  pada pola perubahan masyarakat. 

Banyak yang bisa kita amati dari majunya tehnologi dan efek sampingnya pada tatanan masyarakat. Satu diantaranya adalah  paradox. Paradox menurut Meriam Webster Dictionary adalah a statement that is seemingly contradictiory or opposd to common sense and yet is perhaps true. Singkatnya Paradox adalah fenomena pertentangan asas atau lawan asas. Bagaimana bisa perkembangan tehnologi menjadikan paradox pada masyarakat? Sangat bisa. Mari kita lihat satu persatu fenomena ini.

1. Dunia Pertelevisian

Di era 80-an dan 90-an, dimana tehnologi masih belum secanggih masa sekarang, tayangan televisi masih memiliki "tatakrama" yang baik. Acara dibuat, dikemas, dan disampaikan sesopan mungkin, katakanlah "Beradab". Tutur kata tertata dan diucapkan secara santun, tampilan bersahaja namun berkelas. Namun sekarang, acara pertelevisian dibuat seamburadul mungkin karena semakin amburadul, maka semakin tinggi Profit-sharingnya  dan semakin banyak diminati masyarakat. Paradox bukan?

2. Masyarakat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline