Narkotika dan zat adiktif lainnya merupakan pilihan yang semua konsekuensinya akan mengarah pada kematian langsung maupun tidak langsung. Narkoba apapun jenisnya, umumnya memiliki kesamaan yaitu merangsang pengeluaran hormon yang mengarah pada perasaan bahagia. Hormon bahagia (dopamine, serotonin, endorfin dll) umumnya terlepas secara alamiah sesuai dengan situasi yang dipersepsi. Dalam pemakaian narkoba, hormon tersebut dipaksa keluar melalui persenyawaan kimiawi. [caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="jenis narkoba-http://www.bnpjatim.com/narkoba.html"][/caption]
Rasa senang dan bahagia inilah yang menyebabkan kecanduan (adiksi) terhadap narkoba. Pemakainya menjadi tergantung dengan sistem believe "saya merasa senang ketika meminum narkoba X". Pemakaian berulang akan melemahkan syaraf-syaraf otak. Pelemahan ini terjadi karena neuron otak yang biasa berfungsi secara normal 'dipaksa' bekerja ekstra ketika mengonsumsi narkoba. Otak adalah pusat susunan syaraf, yang termasuk pusat untuk mempersepsi, pengambilan keputusan, dan motorik. Syaraf-syaraf yang telah terlemahkan oleh konsumsi narkoba akan mengalami keterlambatan respon hingga kegagalan merespon sesuai kondisi dan situasi lingkungan. Pemakai dan pecandu narkoba bagaikan mengalungkan tali gantungan secara perlahan ke lehernya sendiri. Namun, tak jarang mereka pun ikut menyeret orang-orang disekelilingnya. Kasus terbaru adalah tragedi tugu tani yang menewaskan 12 orang pejalan kaki karena tertabrak kendaraan yang dikemudikan oleh pemakai narkoba. Pada pemakai, gejala fisik yang tampak seperti dilatasi pupil, hilangnya keseimbangan (ceknya diminta berjalan lurus seperti model), muka kemerahan, hambatan memori (mengeja nama, mengurutkan abjad), atau bicara cadel. Gejala psikologis tampak seperti hilangnya rasa bersalah, inapropriate emotion, mudah tersinggung, merasa benar, merasa paling hebat, atau keberanian yang meluap-luap. Gejala psikologis dapat menetap dalam jangka waktu terntentu sebagi efek samping dari pemakaian. Gejala psikologis ini juga merupakan pertanda, yang bersangkutan bukanlah rookie dalam mengonsumsi narkoba. Gejala psikologis inilah yang semakin membahayakan pemakai narkoba selain membunuh dirinya, juga mencelakai orang-orang disekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H