Lihat ke Halaman Asli

Satu Lagi Cara Berdemo... dan Manjur

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua bulan yang lalu, sebuah ruas jalan di tempat kami di kerjakan oleh kontraktor. Entah itu proyek Pemkot atau Pemerintahan Provinsi. Entah anggaran yang kurang, proyek itu hanya menguruk permukaan jalan sekitar 100 meter, dan dipadatkan. Setelah itu, kontraktornya lenyap meninggalkan jalan yang hanya dipadatkan. Datangnya hujan dan panas yang datang silih berganti menyebabkan jalan menjadi sumber kemarahan. Marah kepada pihak yang mengerjakan pekerjaan asal-asalan. Kenapa? Sebab kalau hujan akan becek, dan kalau panas akan menjadi suber debu.

Tidak kuat dengan kondisi tersebut, dan tidak tahu harus mengadu kemana, maka masyarakat sekitar melakukan perjuangan (tapi tanpa kekerasan loch…), seperti gambar dibawah.

Jalan ditumpuk dengan tanaman pisang, dengan poster poster berbunyi :

· - Kebun anggota DPR yang terhormat.

·- Kemana Pemkot dan Pemprov?

·- Proyek sumber kemelaratan?

·- Dllll

Entah karena ada pejabat atau anggota DPRD yang tidak tahan diejek, atau dibaca setiap saat oleh masyarakat yang lewat tiga hari yang lalu jalannya sudah berubah seperti dibawah.

Ada beberapa catatan yang menjadi pelajaran bagi saya :

1.Disaat masyarakat tidak percaya atau tidak tahu kemana harus mengadu, maka selalu ada yang dapat dilakukan (yang penting tanpa kekerasan). Seperti contoh diatas, masyarakat tidak menutup jalan yang mengganggu perjalanan masyarakat, tetapi hanya demo tanpa bicara yaitu melalui penanaman pohon pisang dan poster.

2.Jika pemeliharaan infrastruktur yang seharusnya dilakukan tetapi dengan alasan ‘anggaran tidak ada’, maka perjuangan melalui poster diatas dapat ditambahkan : ‘Studi banding bisa, tapi Perbaiki Jalan tdk Bisa”, “Beli baju Dinas Bisa, tapi Pemeliharaan jalan ga ada”, atau “Pejabat dalam Mobil ber AC, rakyat berlimbah lumpur dan debu”.

3.Perjuangan seperti ini seharusnya mendapat dukungan Media. Entah mengapa, suatu ‘peristiwa’ dengan liputan media, selalu cepat di tangani.

4.Terakhir, biarlah perjuangan seperti ini murni dari aspirasi masyarakat, tanpa kepentingan-kepentingan lainnya misalnya politis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline