Lihat ke Halaman Asli

Aku bukan lagi Pro Prabowo-Hatta atau Jokowi-J Kalla

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertama-tama, saya adalah pendukung salah satu capres!!! Sebelum tanggal 9 Juli, dalam setiap kesempatan ‘jika memungkinkan’saya selalu memasarkan calon saya kepada teman-teman di berbagai komunitas. Jika seorang menyerang calon saya apalagi berdasarkan istilah ‘katanya’, ‘hoax’, atau issu-issu yang tidak jelas, saya langsung berikan klarifikasi tentu bukan dengan ngotot tapi dengan data. Kebetulan sekali saya pengang ponsel pintar yang punya akses ke internet. Satu isu yang saya anggap tidak benar, langsung saya browse dengan data dari internet dan kebanyakan isu-isu itu dapat saya tepis dengan memuaskan.

Bukan hanya menjawab isu buruk, namun saya juga secara aktif menceritakan keunggulan calon saya, kesaksian orang-orang yang mendukungnya, dan hal-hal positif tentang dia dan visi-misinya yang sengaja saya download dan cetak di kertas. Hal inipun saya lakukan melalui sosial media terutama dalam status di akun yang saya miliki. Pendek cerita saya adalah tim sukses di belakang layar.

Namun itu sebelum 9 Juli 2014, sebelum saya menunaikan tugas saya yakni mencoblos Capres-cawapres favoritku. Di titik ini, saya pun menyadari bahwa sudah ada polarisasi yang agak ‘panas’diantara kami para pendukung baik dirumah, di kantor, di komunitas lainnya; dan ini agak tidak sehat. Hal ini terlihat dari tegangnya perdebatan, pilihan untuk stasiun TV untuk ditonton, dll. Untuk itu, saya berkesimpulan harus mengambil sikap yang ‘benar’paska Pilpres. Saya menyadari bahwa kami akan besedih jika capres/cawapres dukungan kami kalah di hari pengumuman, dan akan ada hubungan yang kurang sehat diantara orang yang berkeluarga, berteman, rekan-rekan lainnya. Sudah tiba saatnya mengubah situasi panas ini dan mengambil sikap bahwa saya akan siap, apapun hasil yang akan terjadi.

Langkah pertama adalah dengan melakukan postingan malam sebelum pencoblosan seperti ini “Kartu pemilih "sudah"...... calon yang mau di coblos "sudah" yang belum apa ya? Oh ia..... siapkan hati jika jagoan menang atau kalah. Jika jagoanku menang, saya akan senang karena saya percaya Indonesia akan lebih baik, tapi jika kalah... maka siapapun yang terpilih aku akan tetap mendukung dia sebagai Presiden Republik Indonesia.... (kesiapan mental seorang pemilih)”. Postingan ini cukup mendapat tanggapan yang baik dari rekan-rekan, yang saya tahu dari kedua pendukung.

Tibalah hari pencoblosan, dan saya mencoblos pilihan yang sesuai dengan hati nurani. Sejak saat mencoblos, saya putuskan untuk tidak lagi membicarakan pilpres dalam konteks ‘dukung-mendukung’, saya putuskan untuk berbicara lebih banyak dalam konteks menunggu hasil pengumuman KPU, walaupun dalam hati saya penasaran hasil yang diberikan quick-count, dan selalu update situs KPU. Namun dalam diskusi dengan siapapun, saya tidak akan berbicara lagi no 1 atau no 2, karena sebagai warga biasa hal itu tidak ada lagi untungnya dalam hal ber-bangsa dan ber-negara. Untuk itu saya posting status baru dalam akun saya “Aku bukan lagi pro Prabowo atau Jokowi... tapi jadi pendukung Indonesia yang lebih baik ke depan... siapa pun Presidennya (Ga nonton Metro TV & TV ONE)”. Untuk itu saya hapus dulu kanal kedua stasiun TV diatas (Sayang saya belum berani melakukannya di kantor, karena milik umum).

Terakhir, tulisan ini saya niatkan untuk dimuat di Kompasianna, berharap pembaca ikut kontribusi kepada kesejukan, kedamaian, dan ikatan “kebangsaan” paska pilpres; karena di sinipun telah menjadi ajang untuk ‘berperang’ seperti kata seseorang iniibarat ‘cyber-war’. Satu tujuan adalah bahwa setelah pilpres, tugas kita sebagai warga biasa adalah menunggu KPU; biarlah Tim Sukses, kuasa hukum, dan petugas dari no. 1 dan 2 untuk mengawal dan menginformasikan kepada masyarakat. Kita masyarakat di akar rumput tidak perlu memperkeruh situasi yang ada di sekitar kita.

Salam 10 Jari, nilai sempurna untuk Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline