Lihat ke Halaman Asli

From Blora With Love (Sebuah Catatan Akhir Tahun)

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

FROM BLORA WITH LOVE. (Sebuah catatan akhir tahun)

Mendengarkan sekumpulan anak-anak mengaji Al-Qur’an selepas sholat maghrib di sebuah desa di pinggiran hutan jati di Kabupaten Blora. Ada denyut-denyut yang begitu indah terpompa dari jantung, lalu mengalir keseluruh penjuru darah menjelma menjadi getar-getar yang menyejukan jiwa.

Anak-anak itu sedang menderas Surat Al – Infithar (QS:82) secara bersama-sama dengan suara yang merdu lagi syahdu:

82:1. Apabila langit terbelah,

82:2. dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,

82:3. dan apabila lautan dijadikan meluap,

82:4. dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,

82:5. maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.

Subhanallah, tak terasa ada butir-butir air mata mulai menetes dikedua pipiku. Puluhan pertanyaan bersusulan mengusik kalbuku:

“Apa yang hendak kau cari dalam hidup ini wahai Rudi ?”

“Tahukah engkau bahwa hidup ini adalah sementara ?”

“Sadarkah engkau pada suatu ketika nanti engkau pasti mati ?”

“Pahamkah engkau bahwa kelak engkau akan menghadap Tuhanmu ?”

“Mengertikah engkau bahwa semua perbuatanmu akan dimintai pertanggung jawaban ?”

82:6. Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.

82:7. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang,

82:8. dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu.

82:9. Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan.

82:10. Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),

Kalimat-kalimat indah dari Surat Al – Infithar ini seperti ribuan jarum yang terus menerus menusuk direlung-relung hatiku. Apalagi petang itu rinai gerimis masih merintik membasahi dedaunan pohon jati yang mulai tumbuh beranjak dewasa. Menghadirkan kesejukan suasana bagai sebuah orkesta alam nan paripurna. Sungguh perpaduan yang sempurna antara ayat-ayat yang tersurat dan ayat-ayat yang tersirat.

“Ya Allah betapa Maha Sempurna-Nya Engkau, serta begitu mempesonanya semua karya Cipta-Mu”

“Aku makhluk-Mu yang dungu dan durhaka ini memohon ampunan-Mu“.

82:11. yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),

82:12. mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.

82:13. Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan,

82:14. dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.

82:15. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan.

Semua topeng dan kepalsuan yang telah kupasang disekujur tubuhku agar aku bisa menyembunyikan seluruh kebusukanku dihadapan manusia, seolah-olah tanggal satu demi satu, mengelupas, terkelupas dari tubuhku, hingga munculah wajahku dan diriku yang asli: “sangat BUSUK, KOTOR dan HINA”.

“Aku bisa menyembunyikan banyak hal dari manusia, tapi aku tak akan mampu menyembunyikan satu rahasiapun dari-Mu”.

“Sudah banyak maksiyat yang coba kututupi dari hadapan manusia, namun Dia Tahu”.

“Teramat besar dosa yang coba kusembunyikan dari pandangan manusia, namun Dia tetap Tahu”.

82:16. Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu.

82:17. Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?

82:18. Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?

82:19. (Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya (menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.

Oh Allah, jika rintik gerimis itu mampu menghilangkan rasa hausku pada ambisi dan keserakahan, akan aku teguk seluruhnya, agar segera terbebas aku dari segala kerakusan terhadap dunia.

Oh Allah, jika rintik gerimis itu bisa mencuci semua dosa, aku ingin berlari keluar dan membasahi jiwaku agar luntur semua kerak dosa yang telah tertimbun didalamnya.

Oh Allah, jika rintik gerimis itu mampu memadamkan kobaran api neraka-Mu, aku ingin segera menampungnya agar kelak bisa aku gunakan untuk memadamkan tubuhku dari panasnya api neraka-Mu.

Pinggiran Hutan Jati - Blora, Desember 2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline