Lihat ke Halaman Asli

Rudy Saputra

Profil Blog Personal

'Karena Cinta (Charlie ST12)' Vs 'Because I'm Girl (Korean)'

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebuah lagu yang dapat nikmat didengar tercipta dari komposisi (gabungan) elemen elemen pembentuknya yaitu musik dan lirik, dan yang membuat nikmatnya sebuah lagu untuk didengar adalah karena pada sebuah lagu terkadang terdapat chemistry yang terbentuk dari gabungan nada - nada yang apik dari sang pencipta lagu tersebut.

Ratusan atau bahkan ribuan lagu yang pernah kita dengar adalah sebagian dari ribuan bahkan jutaan lagu hasil karya personal atau kelompok yang telah berhasil published dan terdengar di telinga banyak orang. Pada artikel ini saya membahas tentang 'keajaiban' pada sebuah lagu yang baru - baru ini secara tak sengaja saya dengar, lagu berdurasi sekitar 4 (empat) menit berjudul "Karena Cinta" karya 'musisi kenamaan' Indonesia pentolan band 'fenomenal' ST12 ini berhasil mencuri perhatian saya karna chemistry dalam komposisi lagu ini mampu membuat saya dejavu pada beberapa tahun silam saat mendengarkan lagu berjudul "Because I'm Girl" , sebuah lagu asal Korea yang cukup hits hingga dibuat dalam beberapa versi bahasa.

Hal yang menarik adalah kedua lagu ini memiliki nada yang nyaris 'sama', padahal keduanya dibuat oleh orang yang berbeda dan sama sekali tidak saling mengenal, "Kok bisa yah ?". Ya, secara teori (atau mungkin pembelaan) hal ini sangat mungkin dan bahkan sering terjadi dalam dua atau beberapa lagu yang pernah kita dengar.

Kemiripan yang terjadi pada satu atau beberapa lagu pada beberapa kasus dapat terjadi dikarenakan sebuah lagu sering kali tercipta melalui manifestasi dari perasaan hati sang pencipta lagu, dan dapat menimbulkan kemiripan pada lagu lain jika pada suatu kondisi yang kebetulan lagu tersebut tercipta pada saat pencipta lagu tersebut berada pada level mood yang hampir sama (meski untuk alasan ini jarang terjadi, tapi apapun bisa terjadi kan ?), dan kemudian hal ini menjadi wajar karena pada dasarnya unsur-unsur intuitif yang membentuk mood manusia itu sama antara manusia satu dan yang lain, yang membedakan adalah tingkatan atau level yang membentuk mood tersebut.

Sebenarnya saya tak perlu ber panjang - lebar untuk menjelaskan fenomena ini, karena pada akhirnya tetaplah pembaca artikel ini akan menilai sendiri berdasarkan pengalaman dan referensi masing - mansing, dan sebagai penikmat musik, saya pun hanya menilai berdasarkan referensi dan pengalaman yang saya miliki yang akhirnya tercurah pada artikel ini (meski dengan banyak filter opini yang mendustai pemikiran sendiri :p).

Rudy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline