Di Facebook, twitter sering kita baca komentar-komentar masyarakat soal status dan kedudukan Syiah di dunia Islam. “Kalau memang Syiah dianggap sesat, mengapa pemerintah Saudi masih memperbolehkan kaum Syiah menunaikan Haji ke Tanah Suci?”
Jawaban ini mudah dipatahkan.
Pertama, kaum muslimin sepakat bahwa syiah adalah sesat (dholal). Dan kesesatan syiah sendiri juga bertingkat-tingkat. Karena sekte syiah terpecah berkeping-keping menjadi sekian banyak sekte. Ada yang mendekati ahlus sunah (Sunni), ada yang benar-benar katogori sesat. Seperti sekte Zaidiyah, yang agak dekat dengan Sunni. Hanya masalahnya, yang ini adanya dan tersebar di Yaman, bukan di Indonesia. Justru di Indonesia itu aliran keras, pengikut ajaran Syi'ah Itsna Asyariyyah, yang menginduk langsung ke Iran yang dikenal percaya 12 Imam. Penganut ini hanya percaya pimpinan dan keimaman yang 12 dan keturunannya di Iran. Jadi aslinya penganut kelompok ini anti NKRI. Karena tunduknya hanya pada imam mereka saja yang di Iran.
Setahu penulis, selama ini para ulama Islam tidak pernah ada yang memfatwakan kelompok Syiah sebagai kafir (kufur), tapi masih pada tingkat dholal.
Sedang yang diharamkan masuk Makkah dan Madinah itu adalah orang non Muslim/kafir atau ghoirul islam. Makanya, disebut Tanah Haram.
Karena itu, bagi yang pernah umroh/haji, atau jalan-jalan ke Dua Kota Suci pasti aku tahu ketika sudah memasuki dua kota itu aka nada pemeriksaan tanda pengenal
Kedua, jangankan Syiah, orang dholal bisa saja naik haji, apalagi KTP nya hanya disebut Islam, tidak ada penjelasan sempalan apa. Mau Gatholotjo, aliran Mosadek, Ahmadiyah, Alqiyadah Al-Islamiyah, aliran agama Salamullah/Lia Eden, kelompok Hidup di Balik Hidup (HDH), ajaran Milah Ibrahim, aliran Surga Adn, Aliran Alquran Suci, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Pengamal Salawat Wahidiyah, ajaran Ahmad Sayuti, dan Komunitas Dayak Losarang, Amanat Keagungan Ilahi (AKI), Ajaran K.H. Ahmad Sulaiman, ajaran Syaiful Karim, ajaran Sumarna, dan aliran Pajajaran Siliwangi Panjalu dll asal masih KTP nya Islam diterima.
Di Tanah Suci terdapat 16 checkpoint untuk pemeriksaan pasport di seluruh Makkah dan 4 di Madinah,yang memeriksa tentara bersenjata dengan sangat ketat. Jika ketahuan tidak islam, mereka akan dibelokkan ke jalan khusus non Muslim.
Peristiwa hajinya Presiden Iran Ahmadinejad tahun 2007 atas undangan raja Abdullah sendiri bukan berarti Syiah dibolehkan atau dianggap halal penyimpangannya.
Berbeda Ahmadiyah yang memang dilarang untuk memasuki Makkah, karena fatwa kekafiran mereka ditetapkan dalam konferensi Rabitah Alam Islamy di Makkah tahun 1394 H, penetapan status “kafir” ini disampaikan oleh Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa (Lajnah Daimah) Saudi Arabia dan Lembaga Ulama Senior Saudi Arabia dan Mujamma Fiqih yang menginduk kepada Rabithah dan Mujamma Fiqih Islam yang menginduk kepada Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Mujamma Riset Islam di Al-Azhar.
Tetapi sekali lagi, Ahmadiyah Indonesia pun masih bis berhaji, selama dia masih pakai identitas ISLAM, bukan Ahmadiyah.
[caption id="attachment_268157" align="alignleft" width="600" caption="Arah pentunjuk jalan no Muslim"][/caption] Bahkan fatwa MUI Jawa Timur baru-baru ini juga tidak ada kata kafir, tetapi SESAT.
Ketiga, Saudi pasti memahami bahwa Makkah dan Madinah, bukan hanya milik negerinya semata, tapi itu adalah warisan milik umat Islam sedunia. Mereka yang berhaji, yang datang ke tanah suci, tidak hanya muslim ahli tauhid, bahkan penyembah kuburan, orang tidak pernah shalatpun bisa berhaji dan diterima. Saudi masih toleran dalam hal begini, kecuali Anda membongkar memaki-maki di depan makam para Sahabat di Masjid Nabawi atau di makam Baqi’. Pasti tentara dekat situ menciduk Anda!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H