Lihat ke Halaman Asli

rudi kafil yamin

Mahasiswa yang tak kunjung berkarya

Utarakan

Diperbarui: 13 Agustus 2020   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukisan | dokpri

Harti

Aku merangkai kata dalam rentetan setiap huruf. Memilah-milah kata mana saja yang pantas kurangkai demi mengutarakan hal ini kepadamu.
Ini seharusnya menjadi isi surat yang terakhir kusampaikan kepadamu, namun kata berkata lain. Ia mencoba memisahkan makna hidupnya dari jemariku. 

Walau sesungguhnya, tak semua tanya mesti dijawab dan semua harap harus terpenuhi.
Kini aku berusaha secara perlahan melewati waktu yang kian waktu membunuhku. 

Bagian Surat Pertama

Setelah kau terhempas begitu jauh dalam hidupku
Jalan terlampau sudah berliku dan aku tak mungkin untuk menggerutu.
Segala hal yang bersumber darimu tersimpan rapi jauh dalam lubuk hatiku.

Aku kan berkata pada kata,
Kata...
Kata...
Katakanlah!

Apapun yang hendak tak terkatakan akan menjadi luka dan menggumpal menjadi lebam dalam dada. Entah itu perasaan antara cinta atau prasangka sepatah kata mestilah terucap. Lihat bagaiamana bunga dalam hatiku bersemi meski sesungguhnya tak pernah kau semai. 

Dengar bagaimana suara detak jantungku berdetak begitu cepat saat kau sedang menghampiriku. Hirup bagaimana aroma kasihku menyelimuti relung jiwamu. Hitung berapakali desir ombak menghantam telingamu dan Rasakan bagaimana kerinduanku selalu tertuju pada hatimu.

Sesungguhnya aku ingin kembali pulang. Merebahkan hati yang sudah berkarat juga harapan yang sudah sekarat.

Kadangkala aku tak ingin memberi arti pada hidup ini.

Namun kini kau terus memaksaku berlari dengan harapan yang sudah jelas tak pasti. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline