Lihat ke Halaman Asli

Napak Tilas Jejak Rizal Ramli, Sang Menteri Gaduh Putih di Era Jokowi

Diperbarui: 8 Maret 2016   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia aktivis pergerakan pasti sudah paham sosok Rizal Ramli (RR), Alumni Mahasiswa Jurusan Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB) yang energik dan agresif bicara anti Neoliberalisme, selalu menjadi garda terdepan menolak sistem status quo dan otoriterianisme Negara.

Perlu di ingat lagi oleh Wapres Jusuf Kalla dan Menteri ESDM Sudirman Said, bahwa RR sejak mahasiswa sudah menjadi salah satu pentolan aktivis Mahasiswa yang ide dan gerakannya selalu menjadi referensi bagi aktivis-aktivis gerakan mahasiswa lainnya pada masa itu.

Di tahun 1976, RR beserta kawan-kawan ITB lainnya mulai membuat gerakan politik besar yang diberi nama “Gerakan Anti Kebodohan” (GAK).

GAK di dasari atas tingginya jumlah anak yang tidak sekolah waktu itu, yakni sekitar 8 juta anak, konsep gerakannya sangat mendasar yakni pengentasan kemiskinan dan kebodohan, dimana tuntutannya direalisasikannya anggaran pendidikan dan wajib belajar 6 tahun.

Kemudian dari GAK itulah, sekaligus menjadi ajang konsolidasi gerakan mahasiswa berlanjut, Di era 77-78, RR sebagai Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) ITB waktu itu beserta tiga kawannya, menerbitkan buku putih yang isinya kritik terhadap sistem otoriterianisme orde baru dan kritik atas jalan ekonomi pembangunan Orde Baru.

Konsep perjuangan mahasiswa dalam buku putih tersebut isinya tentang pembangunan Indonesia yang menolak ide-ide dan penerapan kebijakan yang di bawa Widjojo Nitisastro cs (Mafia Berkeley), karena memakai konsep ekonomi neoliberal dan menolak otoriteranisme Orde baru, karena peran tentara justru hanya sebagai alat kekuasaan Suharto, sehingga waktu itu dia bersama rekan-rekannya sudah menolak kepemimpinan nasional di tangan Suharto (Tidak Mempercayai dan Tidak Menginginkan Soeharto Kembali Sebagai Presiden Republik Indonesia!).

Beberapa tokoh aktivis yang terlibat dalam pembuatan buku putih yang di motori Rizal Ramli itu akhirnya di pecat dari kemahasiswaan dan ditangkap lalu di tahan selama tiga bulan di markas TNI AD Batalyon 202 Tajimalela Bekasi, atau yang kemudian terkenal dengan sebutan Kampus Kuning, dan kemudian di Lapas Sukamiskin selama satu tahun, sementara kampus ITB diduduki hampir tiga bulan oleh tentara.

[caption caption="www.rizalramli.org"]

[/caption]Dari catatan sejarah penting gerakan mahasiswa diatas, jadi sangat jelas bahwa sejak mahasiswa RR sudah bersuara keras anti Neoliberalisme dan menolak kekuasaan otoriter dan korup.

Sekedar mengingatkan saja untuk Kuntoro dkk, bahwa menurut RR dan publik, Neoliberalisme tidak beda dengan Neokolonilaisme, atau penjajahan gaya baru. Aksi menolak kebijakan Neoliberalisme itu di tunjukkan RR sampai hari ini, dia sangat konsisten akan ide dan gagasannya merubah jalan pembangunan ekonomi Republik ini dari jalan Neoliberalisme sejak 1967 ke arah jalan Konstitusi (Ekonomi Konstitusi).

Jadi jika melihat sepak terjang RR hari ini yang begitu keras membuat kegaduhan positif di pemerintahan Jokowi tentu tidak perlu kaget dan tidak ujug-ujug, bahwa apa yang dilakukan RR itu tidak pernah bergeser sedikitpun dari semata-mata memperjuangan jalan konstitusi bagi negeri ini, sebuah jalan Konstitusi Kerakyatan sebagai basis mewujudkan cita-cita Tri Sakti dan Nawacita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline