Palabuhanratu. Pasca dua tongkang batubara yang karam di pesisir Pantai Cipatuguran, Kampung Cipatuguran, Kelurahan / Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, pada Minggu (28/4/2019) lalu, nelayan sekitar mengaku merasa terganggua dan dirugikan atas insiden tersebut.
Selain karam dua tongkang tersebut juga bertabrakan setelah diterjang ombak besar, dan menumpahkan muatannya (batubara) ke pantai, membuat air laut disekitar pantai langsung berubah keruh, hitam dan berbau.
Tongkang tersebut membawa batubara ke PLTU Palabuhanratu diduga lagi antre untuk masuk ke dermaga milik PLTU.
Jaenudin salah seorang nelayan jaring rampus, kepada kompasiana.com mengatakan ia sebagai nelayan merasa dirugikan atas kehadiaran tongkang - tongkang yang antre nunggu masuk ke kolam dermaga PLTU, terlebih ada yang tabrakan membuat muatannya tumpah mencemari pantai.
Saya sebagi nelayan jelas dirugikan, bukan masalah PLTU -nya tapi tongkangnya yang tak pakai aturan dalam buang jangkar, bisanya kita mencari ikan disana, namun sekarang karena banyak tongkang kita (nelayan) mengalah saja dan menajuh.
Terlebih atas tumpahnya batubara kelaut membuat air jadi kotor, dan tangkapan ikan berkurang (susah cari ikan ), malah sampe batubara tersebut masuk kejaring ikan, mungkin terbawa ombak, ada juga yang bertebaran di tepi pantai.
Harapan saya sebagai nelayan tolong pake aturan, jangan merugikan nelayan, dan harus ada musyawarah bagaimana baik nya antara nelayan dan perusahaan biar tidak ada yang dirugikan.
Karena sememnjak tongkang batubara tumpah baru hari ini agak sedikit mendingan pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H