Lihat ke Halaman Asli

Rudi slamet

Jurnalis

Fin Papan Surfing Bermotif Batik Asal Palabuhanratu Mendunia

Diperbarui: 21 Februari 2019   03:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fin Motif Batik // foto Rudi imelda

Berawal dari mencoba serta keinginan kuat membuat karya tangan Ilham Santosa (52) yang sering disapa Ade Rabig, hasil karyanya sampai menembus lima benua.

Ade Rabig merupakan pengrajin fins (Fins merupakan bagian sirip yang berada dibagian bawah papan selancar) Warga Kampung Marinjung Tengah,  RT  04 / RW 01 Desa Karangpapak, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Ia mengaku mengenal papan selancar sejak tahun 1995 lalu, pada saat itu diberi papan selancar oleh seorang turis bule warga Australia,  Namun papan selancar tersebut tanpa fin, lalu ia membuat fin dari kayu namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan, kemudian bereksperimen dari berbagai bahan.

Saya mengenal papan selancar sejak tahun 95, saat itu di beri papan selancar tanpa fin oleh salah seorang bule asal australia, lalu saya mencoba membuat fin sendiri dari bahan kayu namun hasilnya tak bertahan lama.  Ungkap Ade Rabig kepada kompasiana.com di kediamannya.

Namun tidak menyerah sampai disitu, segala bahan baku di coba, kemudian Ade Rabig mencoba membuat dari bahan baku bambu dengan dilapisi Fiberglass ( hasil dari campuran dari resin, Erosil, Katalis, Pigment,  Mat,Talk, Aseton, Cobalt, PVA, Mirror, serta dempul) lalu dilapisi kain yang bermotip batik. hingga jadi brand patennya ( Batik Fin ).

Fin Bahan Dasar Bambu // foto Rudi imelda

Sekitar tahun 98 ia mendapat sokongan dana dari salah seorang bintang film layar kaca yang merupakan surfer juga, Lalu ia coba membuat dengan bahan bambu dan di lapisi Fiberglass serta pinising menggunakan kain bermotip batik. 


Awal buka usaha modalnya 1,5juta di modalin sama fathir muhctar buat beli gurinda sama resin dari situ saya mulai bikin dan saya bawa ke pinggir pantai ngider jualannya, Paling bawa 3set ke laut buat di dagangkan,  Kadang ada yang tertarik Lalu minta dibuatkan sesuai ukuran yang mereka mau. aku Ade Rabig. 

Sekitar tahun 1999 mulai banyak peminat karena di bantu pemasarannya / Di primosikan sama lokal surfer, di tahun 2001 mulai banyak order dari luar, terutama dari Australia, lalu Jepang kemudian di tahun berikutnya sampai sekarang merambah ke New zealand, Francis, Itali,  Brazil, Swiss, Maldive, Amerika, Inggris dan beberapa negara lainnya, kalau pasaran di negri sendiri masih kurang, malah ia memilih barang impor. beber Ade. 

Padahal untuk harga jual mulai dari 260 ribu sampai 2,5 juta. tergantung bahan serta kesulitan dalam pengerjaan seperti bahan dari tanduk kerbau yang dibilang cukup rumit dalam pengerjaan.

Kalau lagi banyak orderan saya tidak bekerja sendiri, ada sekitar 6 orang tetangga yang sudah mahir membuat untuk membantu saya dengan upah sitemnya komisi perset sesuai yang mereka kerjakan, namun sampai saat ini saya masih terkendala dengan modal untuk membeli peralatan serta membeli bahan baku buat stok, jadi semua yang bantu akan terus tetap kerja walau tidak ada pesanan juga jadi tidak nganggur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline