PERAYAAN Ya Qowiyyu (selanjutnya disebut Yaqowiyu) tahun 2022 secara resmi telah dimulai sejak Kamis, 8 September, kemarin. Tradisi Yaqowiyu yang juga disebut tradisi saparan ini dimulai dengan kegiatan khataman Alquran, dilanjutkan dengan dengan pembukaan ziarah dan doa bersama di Makam Kiai Ageng Gribig, lalu haul zikir tahlil Kiai Ageng Gribig.
Pada Kamis pekan depan, 15 September, digelar kirab seni budaya pada siang hari. Bersamaan kirab budaya ini, dilakukan serah terima gunungan apem dari halaman Kantor Camat Jatinom ke makam Kiai Ageng Gribig. Puncak acara diselenggarakan pada 16 September siang, setelah Shalat Jumat, yang bertepatan dengan Jumat Kliwon, 19 Sapar tahun 1956 Ehe, dalam perhitungan kalender Jawa.
Puncak perayaaan tradisi Yaqowiyu bada Sholat Jumat itu dipastikan tetap dilaksanakan di Lapangan Klampeyan atau Klampeyan Amphiteater, Jatinom, Klaten, yang dihadiri langsung oleh Airlangga Hartarto sebagai keturunan Ki Ageng Gribig. Rangkaian kegiatan akan dilanjutkan dengan shalawatan dan doa untuk kemajuan dan kesejahteraan NKRI bersama Habib Syech Bin Abdul Qadir Assegaf dan Airlangga Hartarto di Oro-oro Yaqowiyu pada malam harinya.
Airlangga Hartarto, ketua umum Partai Golkar sekaligus Menko Perekonomian, sudah memastikan kehadirannya ke Jatinom jauh-jauh hari. Calon presiden dari Partai Golkar ini sudah memasukkan jadwal kedatangannya ke acara ini sekembali dari tugas ke Amerika Serikat.
Airlangga Hartarto senantiasa hadir dalam perayaan Yaqowiyu, melanggengkan tradisi yang diperkenalkan oleh leluhurnya, Ki Ageng Gribig, lebih dari 500 tahun lalu itu. Perayaan Yaqowiyu kini tidak hanya sudah menjadi salah satu kebanggaan warga Klaten, akan tetapi masyarakat Jawa pada umumnya.
Karena rutin diselenggarakan setiap tahun perayaan tradisi Yaqowiyu juga sudah bergema ke ketingkat nasional. Hal itu pula yang mendorong Airlangga Hartarto untuk terus membersamai dirinya dalam perayaan ini, membaur tidak hanya dengan masyarakat sekitar, namun juga warga yang datang dari kota-kota lain. Perayaan tradisi Yaqowiyu pada akhirnya telah menjadi bagian dari destinasi wisata.
Perayaan Yaqowiyu tidak hanya sekadar bernuansa melanggengkan keagungan Tuhan lewat syiar agama, religi, akan tetapi juga kental dengan unsur budaya, dan yang terutama adalah melestarikan hubungan baik antara sesama manusia. Ini selaras dengan filosofi kehidupan Ki Ageng Gribig yang menjadi leluhur Airlangga Hartarto. Yakni, jangan pernah lelah untuk selalu melakukan kebaikan serta memanusiakan manusia. Ki Ageng Gribig memang tidak hanya penyiar agama terkemuka, ulama yang disegani, juga pejuang kebebasan Indonesia dari penjajahan.
Ritual peenyebaran apem sebagai simbol kesejahteraan Yaqowiyu Ki Ageng Gribig termasuk dalam tradisi Saparan atau bulan Sapar yang telah dilakukan oleh masyarakat Mataram sejak mereka mengikuti penanggalan Jawa. Sebelum 1633 Masehi, masyarakat Jawa menggunakan kalender berdasar pergerakan matahari (Masehi).
Raja Mataram Islam, Sultan Agung Hanyokrokusumo lantas mengubah sistem penanggalan itu dari matahari ke bulan. Dengan demikian, seluruh Jawa dan Madura, kecuali Banten, mengikuti penanggalan itu. Bulan Suro sebagai awal tahun Jawa atau tahun Islam juga disebut bulan yang sakral, karena dianggap bulan yang suci. Tahun 2022 ini sebaran apem Yaqowiyu dilakukan pada Jumat Kliwon, 19 Sapar tahun 1956 Ehe, dalam perhitungan kalender Jawa.
Meski sudah kembali digelar secara normal, setelah pada 2020 dan 2021 dilakukan secara terbatas dan virtual karena pandemi Covid-19, masyarakat yang menghadiri perayaan Yaqowiyu tentunya diharapkan tetap menerapkan protokol kesehatan. Minimal memakai masker selama acara berlangsung.
Hal ini merujuk pada penerapan status seluruh wilayah di Indonesia yang masih pada PPKM Level 1. Dari hasil koordinasi lintas sektoral disepakati kegiatan Yaqowiyu tetap dilaksanakan secara normal, dengan kehadiran banyak pejabat penting baik dari pusat dan daerah.