Lihat ke Halaman Asli

Catatan Kemarin

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Cerita malam

Tentang catatan kemarin Selalu menawarkan tentang kesunyian dan kesepian Tak lama memang Jika ku hitung dengan detik Namun pergantian menit Selalu terasa lama untuk menunjukan jam Dan aku Tak mau larut dalam andaikan dulu

Terbesit dalam inginku untuk meramu harapan, agar hari itu tak pernah berakhir. Namun rasanya tidaklah mungkin, karena intervensiku pada waktu akan membuat pengembara hidupku berlalu tak bermakna. Mungkin tak begitu indah, tapi cukup berarti sebagai obat kerinduanku saat ini. Saat ini, saat senja tadi menari menyambut datangnya malam dan bulan tersenyum indah, semua tersanding di sini. Di samping pengembaraanku dalam menuai makna, ada cerita sederhana yang sedikit mewakili asa dalam cerita dan nostalgia.

Ku hitung hidup dari detik, tak terasa lama memang namun pergantian menit menjadi cukup berarti untuk menunjuk jam, hingga masa menggulirkan dirinya pada malam yang menjajakan kesunyian dan kesepian. Seperti biasa ku mencoba menulis, agak berbeda memang karena bibir ini sedikit mampu mengurai senyum dalam menyambut malam. Dudukku di temani kopi aroma mawar, wanginya terurai sederhana hingga menakjubkan dada dan menyempitkan nafas. Malam yang indah untuk menrangkai kata.

Ku tulis sapa dengan bisu dan penuh isyarat,namun cukuplah mewakilkan riuhnya rindu dalam diri ini. Bersandar pada malam, ku rebahkan lelah saat menatap langit cerah karena ulah sang bulan. Aku sungguh merasa hadir dalam cerita dongeng, menikmati indahnya bulan di antara merdunya suara binatang malam. Ku harap aroma mawar di kopi ini adalah nyata meskipun hanya wangi dari mawar yang telah layu. Ku ingin tetap indah meski tak sewangi dulu dan dengan penuh kesadaran ku tahu mawar itu bukan lagi kepunyaanku.

Catatan kemarin penuh dengan keindahan rindu, cukup jadi saksi jiwa ini dalam mengarungi tapak tilas perjalanan kasih. Malam kemarin aku tak pernah berakhir bagiku, bertahan di hati lalu terpejam dan berakhir di pangkuan mawar. Lagi lagi waktu yang berputar selalu menunjuk menit yang berbeda, merubah detik serta berujung pada jam berbeda di lain masa. Selalu berubah dalam perbedaan, inilah kenyataan yang membuatku harus kembali pada dunia nyata. Jalani waktu dengan tidak penuh kemunafikan dan bukan dalam senyum kepura puraan.

Kini, malam yang dulu kembali menghampiriku lalu berbagi cerita tentang kesepian, kesunyian dan mencoba merangkulku dengan nada yang tak lengkap. Dalam renungan malam aku kembali terdiam, terbungkam dan berharap melewati malam, esok fajar menantiku.

Selintas bintang terlihat tertatih menyusuri langit, bersaing mewujudkan keindahannya dengan bulan. Aku hanya bisa menikmatinya pada sudut dudukku di kesunyian malam ini. Di sisa harapan, aku mencoba kumpulkan tenaga dalam mempertahankan merindu mawar yang telah layu itu. Dalam diamnya hatiku berbisik: “aku ingin kembali pada malam kemarin”.

Dalam langkah yang lunglai, ku coba menuai jejak samarku pada kidung rindu yang di lahirkan dari lamunan serta celoteh kemarin. Ada secarik kata mesra di hari hari yang lalu dan itu semua terangkum dalam kisah “Catatan Kemarin”. Tak ingin aku terlarut dalam pengandai andaian semu, meski menuai senyum tapi itu terasa hambar dalam dunia nyataku. Aku tahu semua itu pasti akan kembali terulang, entah esok ataupun lusa, yang pasti akan terulang. Tuhan selalu memutar kembali rekaman hati yang pernah menyatu agar selalu menuai dan merangkainya menjadi senyuman bahagia.

Kantin Wisma Komala

10-12-2011

@rudigints




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline