Lihat ke Halaman Asli

[My Diary] Sahabat Datang dan Pergi

Diperbarui: 11 April 2016   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dear Diary...

Kau tahu, sebelum peristiwa ini, aku selalu berpikir, bahwa semua orang yang aku kenal adalah orang baik. Sepanjang hidupku, aku belum pernah berurusan masalah dengan seseorang, siapapun dia. Karena aku sudah berusaha semampu diriku, untuk tidak membuat onar pada siapapun. Pada siapapun.
Almarhum ayahku juga pernah berpesan padaku, 'jangan pernah merugikan oranglain'.

Tetapi saat itu, semuanya berubah.
Semua orang yang pada awalnya baik padaku dalam hubungan pertemanan. Semuanya serasa menjauh. Padahal aku sudah mencoba berbuat adil, bahkan pada diriku sendiri. Aku berani bertaruh karena aku punya sebuah prinsip, 'jika ingin tahu tentang baik-buruknya seseorang, maka tanyakanlah pada orang terdekatnya. Tanyakanlah pada pasangannya sendiri. Niscaya kamu pasti akan dapatkan jawabannya'. Darisanalah aku belajar, 'bagaimana aku mencoba untuk berbuat adil'.

Tetapi semenjak kejadian ini, semuanya hanya menjadi kepingan kenangan. Aku hancur. Aku sudah hancur.

Kamu tahu apa yang membuatku hancur? Hingga aku hampir saja bersedia tuk meninggalkan sifat baik pada diriku sendiri?

Satu bulan yang lalu, novelku baru saja lahir. Anak jiwaku baru saja lahir setelah melalui perasan keringat, waktu, dan airmata dariku.

Aku bekerja di sebuah pabrik garment, yang mana jumlah karyawan di pabrik tersebut berjumlah sekitar delapanratus orang karyawan. Aku sudah bekerja selama sembilan tahun, jadi hampir semua karyawan di sana aku kenal.

Dari total delapanratus orang karyawan dalam perusahaan itu. Hanya satu orang manusia yang datang kepadaku, kemudian berkata ; "Kak..., novelnya masih order gak, saya beli satu dong," ucapnya, sambil menyodorkan uang Rp.50.000.

Mataku berkaca-kaca sebab terharu dengan kepeduliannya, walaupun dia juga pasti dapatkan manfaat dari apa yang akan ia baca. Erna namanya. Dia adalah seseorang yang hanya kenal saja denganku, dalam arti bukanlah seperti teman-teman dekatku yang lain.
Tetapi dia mau mendatangiku dan membeli novelku.

Sementara yang lain, yang mana siapapun dari mereka yang menawarkan padaku barang dagangannya berupa baju, celana, makanan, dan semua barang yang dijualnya, aku pasti membeli. Sembilan puluh persen aku membeli.
Tidak ada satupun dari mereka yang datang padaku dan berkata, 'aku mau beli novel kamu dong, Nyet....'

Tidak ada satupun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline