Lihat ke Halaman Asli

Memilih Sekolah yang Baik untuk Si Buah Hati

Diperbarui: 18 Agustus 2020   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah kewajiban setiap orang tua untuk anaknya, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan baik itu dari orangtua ataupun pendidikan formal di sekolah. 

Sebuah pendidikan yang baik pada dasarnya harus mampu menyentuh empat aspek dasar wawasan kemanusiaan, yaitu wawasan pengetahuan (kognitif), wawasan sikap (afektif), wawasan keterampilan (psikomotorik), dan tidak mengabaikan pendidikan keteladanan (akhlak karimah).

Dengan sentuhan aspek dasar diatas, inilah yang harus diupayakan secara maksimal ketika anak didik menerima pelajaran (pendidikan dan pengajaran), maka ketika itu ia akan menjadi seorang yang tau atau memiliki pengetahuan, mau dan bertekad akan mengamalkan ilmunya, serta memiliki kemampuan dan kecakapan dalam mempraktekkan ilmunya.

Realita di masyarakat masih ada sebagian orang tua yang keliru memilih sekolah untuk anaknya. Mereka memasukkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah yang tidak sesuai dengan akidah orang tuanya, memasukkan kejurusan yang tidak cocok dengan bakat anaknya, atau memasukkan anak ke sekolah-sekolah yang tidak bagus sehingga mereka menjadi tidak maju. 

Bahkan, gejala yang sangat mengkhawatirkan adalah menguatnya kecenderungan materialistis yang secara langsung atau tidak ikut mempengaruhi motivasi orang tua dalam menyekolahkan atau mendidik anak-anaknya. Akibatnya, orang tua cenderung memasukkan anaknya ke suatu lembaga pendidikan apabila lembaga pendidikan itu dapat memberikan keuntungan secara material dan dapat mengangkat status sosialnya.

Bagi si anak, kondisi seperti ini tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya. Si anak tentu akan merasa dibebani dan dituntut untuk bisa memberikan keuntungan material dan sosial dari hasil pendidikan yang telah dijalaninya. 

Si anak juga akan menjadi materialis, memandang setiap perbuatan, setiap karya berdasarkan untung rugi, bukan atau tidak dengan pertimbangan normative. benar atau salah. 

Yang demikian itu dapat kita lihat dalam kenyataan di masyarakat, banyak anak-anak yang terabaikan nilai akidahnya oleh orang tuanya, rusak akhlaknya, tidak menguasai disiplin ilmu, sebagai akibat kesalahan memilih sekolah dan jurusan.

Hal itu dapat terjadi disebabkan beberapa hal: Pertama, Orang tua sangat memaksakan kehendaknya kepada anak, sehingga anak harus mengikuti kemauan orang tua yang terkadang kemauannya itu diluar kemauan atau bakat anak tersebut. 

Yang demikian karena orang tua ingin sekali anaknya lebih maju dari yang lain dalam segala hal, ingin serba menguasai dalam bidang yang dikehendaki orang tua. 

Kemudian anak-anak di samping sekolah formal juga dipaksa mengikuti berbagai les tambahan dan kursus sehingga tak ada lagi waktu istirahat. Ditambah lagi dari guru-guru sertifikasi yang kurang jam pelajarannya. Akibatnya mereka mengalami kelelahan fisik dan daya fikir, malas belajar, bosan dll.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline