Lihat ke Halaman Asli

Rudi Asman

Etnomusikolog

Asal-usul Serune Kalee Aceh

Diperbarui: 17 September 2019   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Instrumen tiup telah dikenal dan digunakan sebagai alat untuk memuliakan tamu ke negaraan yang datang ke kerajaan Bandar Aceh Darussalam dan hari-hari besar Islam. 

Anthony Reid menjelaskan dalam bukunya Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia perayaan upacara awal bulan puasa dan idul fitri dilaksanakan dengan cara iring-iringan rombongan kerajaan ke mesjid menggunakan bunyi-bunyian gegap gempita dan tembakan senjata di sekitar istana untuk memulai atau mengakhiri puasa. 

Tahun 1600, Frederick de Houtmen mencatat pada awal puasa 29 sha'ban kaum bangsawan datang ke istana mengenakan pakaian yang terindah. Rombongan bangsawan tersebut diiringi dengan gendang ditabuh serta terompet ditiup perayaan terhadap raja (1604-1671) menuju mesjid juga menggunakan iring-iringan serta rombongan para bangsawan. 

Iring-iringan tersebut dengan suara hiruk pikuk barbagai alat musik seperti terompet, seruling, tambur, dan simbal. Pelaksanaan pertunjukan suatu perayaan kerajaan Aceh melakukan arak-arakan, dalam pelaksanaan tersebut terdapat terompet, gendang, panji-panji, dengan banyak orang, untuk mengiringi jendral (Inggris) ke istana sehingga banyak orang sangat berdesak-desakan. Terompet yang digunakan dalam pelaksanaan tersebut hingga kini belum dapat dipastikan sebagai serune kalee. 

Namun, serune kalee telah digunakan pada masa peperangan Aceh dengan Belanda. Alat tersebut telah digunakan dalam pelaksanaan upacara iring-iringan pernikahan.

Menurut budayawan Firdaus Burhan (Alm) menjelaskan keberadaan Instrumen serune kalee menyatakan tentang serune kalee sebagai berikut.

     "Peralatan musik ini (serune kalee) tidak hanya digunakan oleh masyarakat Aceh, namun juga masyarakat Minangkabau, Agam, dan beberapa daerah lain di Sumatra Barat. Bahkan, persebaran perlengkapan ini mencapai Thailand, Srilanka, dan Malaysia. 

Alat musik sejenis ini juga didapati di daerah pesisir dan lain dari Provinsi Aceh, seperti Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat dengan sebutan serupa.  

Masing-masing daerah yang menggunakan musik jenis ini memberi berbagai macam variasi pada peralatan tersebut sehingga bentuk dan namanya juga bermacam-macam. Namun, di antara beberapa variasi serune terdapat kesamaan dalam nuansa suara yang dimunculkan, laras nada, vibrasi, volume suara, dinamika suaranya."

Keberadaan serune kalee diduga diperkenalkan dari penyebaran agama Islam. Namun, sumber yang menyatakan klaim akan instrumen tersebut berdasarkan kisah para kelompok tarekat Islam yang memperkenalkan serune kalee. Berdasarkan data yang ada, peralatan ini sudah ada sejak masuknya Islam ke Aceh. Menurut Z.H Idris (Alm) menyatakan sebagai berikut. 

Aceh pada zaman dahulu merupakan kerajaan yang terbuka. hal tersebut, menjadikan Aceh cukup ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai wilayah di luar negeri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline