Lihat ke Halaman Asli

Rudi Asman

Etnomusikolog

Seni Pertunjukan Musik Kontemporer Etnik Aceh

Diperbarui: 12 September 2019   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi. (shutterstock)

Pertunjukan musik kontemporer etnik Aceh dalam perjalanan masanya akan berlaku menjadi sebuah fenomena pertunjukan di Aceh. 

Berdasarkan dari judul di atas terdapat variabel bahasa serta pelaksanaan yang harus dipertanyakan terlebih dahulu sebelum menjadi fenomena di masyarakat, serta menjadi genre baru di era sekarang ini. 

Untuk menjelaskan hal ini, memerlukan berlembar-lembar kertas serta waktu yang panjang  agar menjadi suatu pemahaman dalam pertunjukan musik kontemporer etnik Aceh tersebut. Kata musik, kontemporer, etnik dan Aceh dapat dikupas melalui kajian Etimologi, Musikologi, Etnomusikologi, Antropologi, serta Sosiologi. 

Hal tersebut, kata yang menjadi kalimat dalam pertunjukaan musik kontemporer etnik tersebut memiliki sejarah, epistimologi, etika dan estetetika yang telah dibangun oleh dari berbagai negara agar musik sebagai dari bagian pertunjukan menjadi sebuah identitas, khususnya Aceh masih dalam pada masa menggunakan sebagai kata serapan bukan sebagai wacana (bagaimana pratik tersebut dilakukan). Dengan tulisan singkat ini, penulis mencoba untuk mempertanyakan kembali tentang kata kontemporer serta etnik saja. 

Hal ini, mengelitik penulis untuk dapat dibicarakan lebih lanjut dalam forum resmi agar menjadi sebuah pemahaman yang menarik dalam suatu pertunjukan, khususnya musik.
Penulis mencoba memulai dengan kata kontemporer sebagai pembahasan dari judul di atas.  Kontemporer merupakan kata serapan dari bahasa inggris yang dari kata co yang artinya bersama dan tempo dipahami sebagai dengan waktu. 

Sehingga, dapat diartikan bahwa musik kontemporer adalah karya musik yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui (zaman kini). Dasar musik yang dipakai adalah pop, rock dan praise & worship. 

Peradaban musik kontemporer dalam perjalanannya di Eropa sebagai era musik yang menggunakan style musikal yang berbeda dari perdaban musik yang telah dibanggun oleh peradaban musik orkestra dan dengan kata lain sebagai bentuk perlawanan dari musik yang telah mapan di masyarakat Eropa saat itu. Melihat kajian musik kontemporer di Indonesia telah dilakukan dari tahun 1979 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. 

Perdebatan yang panjang telah terjadi antara praktisi musik tradisional serta pelaku yang menyetujui musik kontemporer sebagai bagian dari pertunjukan di Indonesia. puncaknya, karya-karya musik kontemporer tidak lagi menjelaskan ciri-ciri latar belakang tradisi budayanya walaupun sumber-sumber tradisi itu masih terasa lekat.

Kata Etnik /et*nik/ /tnik/  berdasarkan dari kamus besar indonesia antra bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya; etnis. 

Hal ini, tidak menyangkut ciri fisik atau ras saja. Etnik merupukan perwujudan budaya yang memiliki bentuk matrial serta non matrial. Sehingga, benda-benda yang tercipta merupakan sebagai dari simbol serta identitas suatu kelompok satu dengan lainnya.

Berdasarkan uraian di atas penulis memiliki pertanyaan yang sangat besar terhadap pertunjukaan musik kontemporer tersebut. Perkembangan musik di Aceh telah melalui proses serta tokoh-tokoh yang sangat banyak dalam menciptakan karya agar menjadi identik musik Aceh. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline