Lihat ke Halaman Asli

Rudias Man

Di Kompasiana, Aku Mencari Inspirasi

Meramu Solusi 5 Masalah Akut Jakarta

Diperbarui: 23 Oktober 2016   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Data indeks kebahagiaan tahun 2014, Jakarta tidak masuk 10 besar nasional (sumber : jakartabahagia.id)

Hiruk pikuk Pilkada DKI semakin kencang. Sayang sekali, tabuh gendang perang antara tim sukses miskin diskusi visi misi. Lebih riuh saling menjelekkan.

Padahal, Jakarta butuh ide-ide segar untuk mengurai kompleksitas masalah yang mendera. Momen pilkada ini waktu yang sangat tepat untuk menangkap rtusan atau bahkan ribuan ide yang berseliweran. Karena pada saat ini, banyak orang yang suka rela berbicara. Akan lebih baik jika isi pembicaraan mereka adalah ide dan gagasan.

Jakarta yang kita kenal adalah macet, banjir, padat, kumuh dan miskin serta sarat kriminalitas. Persoalan ini harus diramu solusinya, ditemukan pemecahan masalahnya agar Pilkada DKI memberi lompatan berarti.

Pertama, Macet

Macet merupakan makanan sehari-hari Ibu Kota. Saking identikanya Jakarta dengan kemacetan, kita jadi heran jika lalu lintas lancar atau ibu kota lengang. Biasanya muncul kalimat “tumben lancar”.

Banyak penduduk Jakarta yang sudah terbiasa menikmati macet. Soalnya mau protes juga, ya tetap macet. Jadi pura-pura saja tidak masalah dengan situasi kemacetan.

Tapi ada satu ancaman berbahaya terkait kemacetan ini. Jakarta terancam lumpuh. Menurut catatan Kementrian Pekerjaan Umum, pada tahun 2020  hampir seluruh jalan di Jakarta bakal mencapai volume to capacity ratio lebih dari 1. Artinya, kendaraan akan lebih banyak dari luas jalan yang tersedia.

Panjang jalan Jakarta hanya bertambah 0,01% per tahun bandingkan dengan kendaraan bermotor baru yang setiap tahun bertambah 10-15%. Solusinya, penduduk Jakarta harus menekan ego untuk beralih ke transportasi massal. Pemerintah harus mempercepat LRT, MRT serta membenahi moda transportasi yang sudah ada.

Kedua, Tenggelam

Semua sudah tahu, Jakarta adalah kota yang berada di bawah permukaan air laut. Tepatnya 40% wilayah Jakarta lebih rendah dari laut. Secara teoritis, mestinya daerah tersebut sudah tenggelam.

Namun karena masih ada penghalau berupa tanggul, waduk dan saluran air yang lebih tinggi dari jalan seperti di daerah Mangga Dua Jakarta Utara, maka air bah tidak menerjang. Akan tetapi, keberuntungan ini tidak bertahan lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline