Ternyata Aku Keliru
Aku berdiri di ujung jalan sunyi
Ku kira ini awal perjalanan pasti
Namun langkahku terperangkap dalam ragu
Ternyata aku keliru melihat arahku
Cahaya mentari yang ku anggap penuntun
Hanya ilusi yang bersembunyi dalam kabut.
Kutatap langit biru tanpa awan
Ku kira ia menjanjikan ketenangan
Namun angin dingin menelusup hati
Ternyata aku keliru membaca tanda ini
Keheningan yang memeluk tubuhku
Menyimpan gejolak badai di baliknya.
Kupetik mawar merah di taman pagi
Ku kira ia indah karena wanginya
Namun tanganku terluka oleh pesonanya
Ternyata aku keliru menilai keindahan
Keelokan yang nampak di permukaan
Tak selalu membawa damai di jiwa.
Kusapa waktu yang berlari cepat
Ku kira ia akan menungguku di ujung hayat
Namun ia bergegas tanpa peduli
Ternyata aku keliru mengandalkan janji
Setiap detik yang berlalu begitu saja
Adalah milik yang tak pernah kembali.
Kurenungi wajah di cermin senja
Ku kira ia jujur tanpa cela
Namun bayang itu terasa asing
Ternyata aku keliru memahami diri sendiri
Siapa aku di balik senyum yang dipaksakan
Hanyalah teka-teki yang belum terpecahkan.
Kutulis sajak untuk menggapai asa
Ku kira kata-kata mampu melipur luka
Namun tinta tak bisa mengganti kenyataan
Ternyata aku keliru menaruh harapan
Puisi ini hanya gema dari kerinduan
Yang tak kunjung menjelma jadi jawaban.
Ku dengar bisikan lembut di angin malam
Ku kira itu panggilan penuh salam
Namun gema itu hanyalah mimpi semu
Ternyata aku keliru mendengar suara kalbu
Rindu yang memanggil di sudut hati
Hanya ilusi dari kesunyian yang abadi.
Kutatap bintang di gelapnya malam
Ku kira mereka pemandu yang tak pernah padam
Namun cahayanya berjarak tak tergapai
Ternyata aku keliru mendamba yang jauh
Semesta terlalu luas untuk kugenggam
Hanya sisa kecil yang bisa kujalani.
Kukumpulkan serpihan mimpi semalam
Ku kira ia membentuk kisah yang dalam
Namun potongan itu tak pernah utuh
Ternyata aku keliru mencipta harapan semu
Yang kususun hanyalah teka-teki tak lengkap
Menunggu waktu yang entah kapan menyatukan.
Kupeluk angan di tengah keheningan
Ku kira ia membawa ketenangan
Namun resah tetap menyelinap dalam dada
Ternyata aku keliru berharap pada hampa
Seperti bayangan yang hilang ditelan malam
Angan hanya meninggalkan jejak samar.