Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Aku Cuma Bisa Berpuisi

Diperbarui: 13 Januari 2025   00:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto diri (Koleksi Pribadi)

Aku Cuma Bisa Berpuisi

Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang senja yang tak pernah meminta,
Tentang rindu yang menghimpit dada,
Yang datang tanpa diberi izin,
Mengisi ruang kosong dalam jiwa,
Meninggalkan kata-kata yang tak terucap.

Aku cuma bisa berpuisi,
Mencari makna dalam tiap langkah,
Mencari terang di lorong gelap,
Mencari harapan di ujung jalan,
Meski kadang aku hanya diam,
Berharap angin menyampaikan bisikan.

Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang cinta yang tak selalu sempurna,
Tentang patah hati yang terpendam,
Yang terus tumbuh meski tak terlihat,
Seperti bunga di bawah batu,
Tetap hidup meski tersembunyi.

Aku cuma bisa berpuisi,
Melukis wajah dunia dengan kata,
Menulis kisah tanpa akhir,
Bersama mimpi yang tak kunjung tidur,
Di bawah langit yang terus bergerak,
Mengiringi langkah yang tak pernah henti.

Aku cuma bisa berpuisi,
Bercerita pada malam yang sunyi,
Tentang bintang yang jatuh,
Tentang harapan yang terhenti,
Dan segala yang hilang dalam diam,
Terbenam dalam ingatan yang jauh.

Aku cuma bisa berpuisi,
Menggenggam waktu yang terus berlalu,
Mencatat jejak langkah yang terhapus,
Menyimpan segala tentangmu,
Yang pernah hadir sejenak,
Lalu menghilang, seperti angin.

Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang mimpi yang tak pernah mati,
Yang terus mengejar, meski jauh,
Menggambarkan dunia yang berbeda,
Tempat di mana kita masih bersama,
Dan tidak ada lagi jarak di hati.

Aku cuma bisa berpuisi,
Untuk semua yang tak terungkapkan,
Untuk segala yang terlupakan,
Yang mungkin tak pernah kau dengar,
Karena puisi ini hanya untuk aku,
Dan setiap kata adalah milikku.

Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang waktu yang memudar,
Tentang kita yang tidak pernah sama,
Namun saling menyatu dalam diam,
Membangun kenangan yang tak terlupa,
Seperti riak di permukaan air.

Aku cuma bisa berpuisi,
Karena kadang kata adalah pelipur,
Saat dunia begitu keras,
Dan aku terlalu lelah untuk berbicara,
Cukup biarkan puisi ini berbicara,
Dengan bahasa yang hanya aku pahami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline