Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Terkutuk

Diperbarui: 11 Januari 2025   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (Pngtree)

Terkutuk

Terkutuklah malam yang menelan asa,
Kala bisikan angin menjadi saksi luka.
Langkah terseret di lorong sunyi,
Karena aku tak rela gelap memeluk mimpi.
Karena aku tak ingin harapan terkubur mati,
Karena tak sudi jiwa ini hancur sendiri.

Terkutuklah jalan yang penuh dusta,
Jejak langkahnya menghujam jiwa.
Hati yang rapuh jadi tumbal,
Karena aku tak rela harapan tenggelam dalam nista.
Karena aku tak ingin cinta jadi bara yang membakar,
Karena tak sudi bahagia dirampas oleh kelam.

Terkutuklah waktu yang tak berpihak,
Merampas mimpi sebelum ia berjejak.
Tik-tok jarum menusuk nadi,
Karena aku tak rela detik-detik membunuh asa ini.
Karena aku tak ingin doa hilang tanpa arti,
Karena tak sudi menyerah pada nasib yang pahit.

Terkutuklah rindu yang membakar dada,
Menggenggam api, menciptakan bara.
Jarak memahat luka tanpa belas kasih,
Karena aku tak rela rindu menjadi belenggu abadi.
Karena aku tak ingin jarak memutus tali cinta,
Karena tak sudi hati ini kehilangan nyalanya.

Terkutuklah langit yang enggan menangis,
Membiarkan debu menyelimuti tangis.
Hujan yang dinanti tak pernah turun,
Karena aku tak rela dunia menutup matanya dari pilu.
Karena aku tak ingin air mata menjadi sahabat sunyi,
Karena tak sudi bahagia terkubur di palung hati.

Terkutuklah cinta yang berujung fana,
Meninggalkan jiwa di jurang hampa.
Kata-kata manis berujung nista,
Karena aku tak rela cinta hanya menjadi luka.
Karena aku tak ingin bahagia hanyalah semu,
Karena tak sudi jiwa ini terperangkap dalam abu.

Terkutuklah mimpi yang hanya ilusi,
Mengundang bahagia namun penuh duri.
Dalam tidur, harapan nampak nyata,
Karena aku tak rela mimpi berakhir dalam dusta.
Karena aku tak ingin pagi membawa kepedihan,
Karena tak sudi harapan terkikis oleh kenyataan.

Terkutuklah tangis yang tak pernah reda,
Air mata menjadi saksi setiap derita.
Hati yang retak semakin tersiksa,
Karena aku tak rela hidup hanya penuh luka.
Karena aku tak ingin jiwa ini tenggelam,
Karena tak sudi menyerah pada kesepian malam.

Terkutuklah jiwa yang terus melawan,
Mencari arti di tengah kehampaan.
Namun apa daya, dunia terlalu keras,
Karena aku tak rela menyerah di tengah badai deras.
Karena aku tak ingin langkahku berhenti,
Karena tak sudi takdir mengalahkan nurani.

Terkutuklah suara yang hilang di keramaian,
Menyeru harapan namun tenggelam di angin.
Tak ada gema dari jeritan sunyi,
Karena aku tak rela kehilangan diri.
Karena aku tak ingin jiwa ini terkikis waktu,
Karena tak sudi hidup menjadi tanpa makna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline