Hari Esok yang Telah Berlalu
Hari esok yang dulu terang benderang,
Kini menjadi bayang-bayang yang hilang.
Janji waktu yang tak pernah kembali,
Hanya tersisa sunyi yang terus mengintai.
Di mana cahaya yang dulu menjadi pandai?
Langkah menuju masa depan gemilang,
Kini terkubur dalam lorong yang bimbang.
Arah yang dulu teguh dan jelas,
Kini sirna, terbenam dalam waktu yang malas.
Hari esok berlalu, tak lagi terasa lepas.
Kita pernah bermimpi menembus langit,
Namun angan itu runtuh, remuk di balik sakit.
Hari esok menjelma menjadi masa lalu,
Meninggalkan hati yang tak mampu berlalu.
Seperti debu yang hilang tanpa ragu.
Lagu tentang harapan yang bergema indah,
Kini sunyi, tinggal melodi yang patah.
Hari esok seperti ombak yang pergi,
Meninggalkan pantai dalam bisikan sepi.
Mengapa janji itu kini tak berarti?
Dulu, fajar membawa janji-janji pagi,
Namun kini ia lenyap tanpa pernah kembali.
Hari esok yang dulu kita perjuangkan,
Hanya meninggalkan luka dalam kenangan.
Di mana semangat itu yang dulu menguatkan?
Kita pernah percaya pada waktu yang abadi,
Namun ia berlalu dengan angkuh, tanpa simpati.
Hari esok yang penuh mimpi manis,
Kini terasa pahit, membekas dalam tangis.
Mengapa waktu begitu cepat habis?
Setiap jejak yang kita tinggalkan,
Menjadi cerita yang tak lagi dikenangkan.
Hari esok pergi membawa janji,
Tinggal kita yang terdiam dalam sunyi.
Apakah kita salah memahami mimpi?
. Langit yang dulu biru dan berseri,
Kini kelabu, menandakan akhir hari.
Hari esok yang penuh harapan dan warna,
Menghilang dalam senja yang tak bersuara.
Seakan hidup hanya mimpi yang fana.
Kita mengejar, tapi ia selalu menjauh,
Menjadi bayang yang terus memudar jauh.
Hari esok berubah menjadi misteri,
Meninggalkan jejak yang tak dapat dimengerti.
Hati terperangkap dalam kesepian ini.
Tangan kita yang dulu erat menggenggam,
Kini lepas, tak mampu menahan arus malam.
Hari esok menjadi milik angin yang pergi,
Membawa harapan ke tempat yang tak pasti.
Apa yang tersisa selain sunyi?