Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Pers : Corong yang Kokoh Penyebar Suara Kebenaran

Diperbarui: 19 Desember 2024   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pers (Sumber : Geotimes)

Pers: Corong yang Kokoh Penyebar Suara Kebenaran

Pers adalah corong yang kokoh, simbol kekuatan, kebebasan, dan keberanian. Ia ibarat sebuah mercusuar di tengah badai, berdiri tegak meski angin kencang mencoba meruntuhkannya. Dengan dasar kejujuran dan empati, ia menyalakan obor kebenaran, menjadi pemandu bagi mereka yang tersesat di gelapnya samudra kebohongan.

 Corong itu bukan milik siapa pun, tetapi milik semua orang. Ia adalah harta milik zaman, warisan abadi yang melintasi batas generasi dan geografis. Ia seperti angin bebas, bergerak tanpa sekat, membawa suara keadilan ke setiap sudut dunia tanpa meminta izin.

Ketika seorang petani kehilangan sawahnya karena kerakusan kekuasaan, corong itu menangis keras. Tangisannya seperti raungan guruh yang memecah langit, memanggil hati yang masih memiliki nurani agar mendengar jeritan kaum tertindas.

Saat hukum menjadi permainan segelintir penguasa, corong itu meraung lantang. Ia seperti genderang perang, memanggil para pejuang keadilan untuk kembali memperjuangkan hukum yang bersih dari noda kebatilan.

 Namun, ketika seorang ibu miskin yang berjuang demi anak-anaknya akhirnya mendapatkan keadilan, corong itu bernyanyi riang. Melodinya seperti aliran air pegunungan, mendinginkan panasnya dunia yang kerap penuh ketidakadilan.

Corong itu adalah simbol perlawanan yang tak pernah redup. Ia seperti pohon beringin tua yang akarnya menghujam dalam, tak tergoyahkan oleh badai. Ancaman dan kekerasan hanya menjadi angin lalu baginya.

Dalam catatan sejarah manusia, corong itu hadir di medan perang, ruang sidang, hingga jalan-jalan penuh demonstrasi. Ia adalah gema hati nurani yang tak bisa dibungkam, pembawa suara kebenaran di tengah hiruk pikuk ketidakpastian.

Pers adalah benteng terakhir kejujuran. Ketika institusi lain runtuh oleh korupsi dan kebohongan, ia seperti batu karang yang tetap berdiri di tengah ombak ganas, menjadi sandaran bagi mereka yang mencari kebenaran.

Ia adalah penjaga kebebasan. Tanpa corong itu, kebebasan seperti burung tanpa sayap---hanya bayangan yang tak bisa terbang.

Empati adalah inti dari corong ini. Ia tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi merasakan pedihnya luka dari setiap air mata yang jatuh. Ia seperti sebuah pelukan hangat di malam yang dingin, memberikan harapan bagi mereka yang hampir menyerah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline