Menyapa Waktu, Menyusuri Kenangan
Waktu, sungguh tak tampak oleh mata,
Berlarian, tanpa suara, tanpa noda.
Sekejap ia datang, berlalu begitu cepat,
Menjadi kenangan, dalam ingatan yang sempat.
Di setiap detik, ada kisah yang terukir,
Di setiap menit, perjalanan yang terus tergelincir.
Ia membawa harapan, juga penyesalan,
Mengajarkan kita tentang waktu yang tak dapat dihentikan.
Tapi waktu bukan musuh, bukan juga teman,
Ia hanya perjalanan, yang kita jalani dengan tangan.
Dalam setiap langkah, ada makna yang menunggu,
Waktu bukan untuk ditunggu, tapi untuk dipenuhi.
Waktu selalu ada,
Namun ia tak bisa dimiliki.
Tiap detiknya bergerak tanpa henti,
Menyisakan jejak, namun tak bisa dikembalikan.
Tapi ia tidak pernah menunggu,
Meski kita memohon untuk sedikit lebih lama.
Ia berjalan dengan langkah pasti,
Tak peduli kita tertinggal atau terus mengejar.
Waktu selalu menyapa,
Seperti angin yang menyentuh wajah.
Ia datang tanpa kata, tanpa tanda,
Hadir begitu saja, mengisi ruang kita.
Tapi ia segera berlalu,
Tanpa memberi kesempatan untuk menangkapnya.
Hilang dalam sekejap,
Tinggal kenangan yang terukir dalam hati.
Waktu datang percuma,
Tanpa bisa kita perkirakan.
Tapi sesungguhnya ia sangat mahal,
Lebih berharga dari semua harta yang kita kejar.
Waktu tidak mengenal kesetiaan,
Ia tak peduli kita sedang bahagia atau berduka.
Ia terus berjalan,
Seolah tak terganggu oleh perasaan kita.
Waktu selalu mengingatkan,
Pada apa yang telah kita lewatkan.
Setiap detik yang tak dimanfaatkan,
Menjadi kenangan yang menggoreskan rasa sesal.