Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Mengapa Mimpi Sering Menjadi "Korban Eksploitasi" dalam Puisi?

Diperbarui: 15 Desember 2024   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5 Lessons (Sumber : Tiny Buddha)


Mengapa Mimpi Sering Menjadi “Korban Eksploitasi” dalam Puisi?

Pengantar

Mimpi, sebuah dunia yang terungkap hanya dalam tidur, telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari imajinasi manusia. Dalam kedalaman malam, mimpi membuka pintu menuju realitas yang jauh dari jangkauan, sebuah dunia yang penuh dengan harapan, kebebasan, dan kegelapan. Ketika mimpi bertemu dengan puisi, ia menjadi medium untuk menggali perasaan terdalam, keinginan yang tak terucapkan, dan harapan yang sulit dijangkau oleh kenyataan. 

Artikel ini akan mengeksplorasi mengapa mimpi sering "dieksploitasi" dalam puisi, bagaimana mimpi menggambarkan simbol harapan, serta bagaimana kepercayaan dan tradisi tentang mimpi membentuk karya sastra dari masa ke masa.

1. Mimpi: Simbol Harapan yang Abadi

Mimpi sering kali dianggap sebagai simbol dari harapan. Harapan akan masa depan yang lebih baik, cinta yang sempurna, atau dunia yang bebas dari penderitaan. Dengan sifatnya yang tidak terikat pada realitas, mimpi memungkinkan penyair untuk mengungkapkan harapan dan aspirasi yang mungkin tidak dapat diwujudkan dalam kenyataan.

Sebagai contoh, dalam puisi Langston Hughes yang berjudul "Dreams": "Hold fast to dreams,
For if dreams die
Life is a broken-winged bird
That cannot fly."

Hughes menunjukkan bahwa mimpi adalah inti dari kehidupan. Tanpa mimpi, kehidupan kehilangan arah dan keindahannya. Mimpi menjadi kekuatan pendorong yang menggerakkan individu untuk terus maju meski menghadapi berbagai rintangan. Hal ini tercermin dalam banyak karya sastra, di mana mimpi dipandang sebagai sesuatu yang memberi kehidupan makna, memberi tujuan, dan memberi harapan.

2. Mimpi sebagai Jalan Pelarian dan Pembebasan

Selain simbol harapan, mimpi juga sering digunakan dalam puisi sebagai tempat pelarian dari kenyataan yang penuh dengan penderitaan atau keterbatasan. Penyair menggunakannya untuk menggambarkan kebebasan dari belenggu kehidupan, sebuah dunia tanpa batas di mana segala sesuatu mungkin terjadi.

Contohnya, dalam puisi "I Dream’d in a Dream" karya Walt Whitman: "I dream’d in a dream, I saw a city invincible to the attacks of the whole of the rest of the earth;
I dream’d that was the new city of Friends."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline