Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Bingkai Retak

Diperbarui: 1 Desember 2024   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bingkai foto kaca (Pixabay)

Bingkai Retak

Di dinding sepi sebuah cerita,
Tergantung bingkai tua penuh luka,
Gambarnya pudar, wajah tak lagi nyata,
Hanya kenangan, membisikkan duka.

Di sela retak, bayangan tersisa,
Serpihan waktu mengiris jiwa,
Mengapa harapan dahulu begitu nyata,
Kini terbang entah kemana.

Bingkai itu, saksi bisu malam panjang,
Di mana cinta bertemu bayang-bayang,
Namun retakan kecil mulai datang,
Merusak janji, meretakkan sayang.

Kaca pecah, memantulkan sisa rasa,
Menyeruak ingatan tentang asa,
Waktu berlalu tanpa jeda,
Mengubur mimpi dalam nestapa.

Retak di bingkai, serupa hati,
Menyimpan luka, tak kunjung mati,
Setiap guratan menjadi saksi,
Tenggelamnya kisah di sunyi.

Dulu cinta serupa mentari pagi,
Menghangatkan jiwa yang berlari,
Kini redup, dingin tak bertepi,
Meninggalkan ruang kosong dalam diri.

Apa yang hilang dari gambar itu?
Warna cerah yang tak lagi satu,
Waktu melukis ulang dengan pilu,
Menghapus kisah cinta dahulu.

Bingkai retak, tak bisa diperbaiki,
Namun kisahnya tetap terpatri,
Menjadi pelajaran di dalam hati,
Bahwa segalanya tak abadi.

Di balik retak, sinar kecil mengintip,
Menggugah jiwa untuk tetap hidup,
Meski luka terus merayap,
Ada harapan, takkan meredup.

Bingkai tua, kau tetap di sana,
Menggenggam cerita, melawan fana,
Retakmu, simbol perjalanan fana,
Mengajarkan arti menerima.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline