Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Di Bawah Terik Matahari

Diperbarui: 22 November 2024   12:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

national stay (WVUA23)

Di Bawah Terik Matahari

Di bawah terik matahari,
langit membakar wajah,
keringat jatuh seperti hujan panas,
tapi tak ada awan, hanya kosong yang memekik.

Pohon-pohon berdiri lesu,
daun-daunnya bernapas berat,
seperti kita, yang mencari teduh
di bayangan yang semakin hilang.

Aspal menyala,
menyimpan rahasia langkah-langkah tua,
suara klakson menggema,
mengiringi melodi kota yang haus.

Di bawah terik matahari,
wajah-wajah terangkat,
mata-mata memicing,
mencari sedikit ampunan dari langit.

Kaki berjalan tanpa tujuan,
sepatunya berbicara pada tanah,
"Berapa lama lagi ini akan berakhir?"
dan tanah hanya tertawa,
seperti tahu rahasia yang kita lupa.

Di bawah terik matahari,
segala terasa lambat,
waktu meregang,
membuat bayangan kita terjerat di masa lalu.

Tapi ada yang tetap bertahan,
senyum kecil di balik debu,
anak-anak bermain,
membuat dunia seakan lunak.

Matahari, yang tak pernah lelah,
menatap kita dari atas,
seperti berkata,
"Kalian akan baik-baik saja,
asal tahu caranya hidup dalam panas."

Di bawah terik matahari,
hidup terus berjalan,
kita semua penari dalam tarian
yang tak pernah kita pilih.

Di bawah terik matahari,
pasir di jalan menggigil hangat,
seperti membisikkan cerita lama
tentang manusia dan perjuangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline